Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Agrikultur dan Tata Kelola Perkebunan Mini di Lingkungan Perumahan Tempat Tinggal di Perkotaan

11 September 2024   02:07 Diperbarui: 13 September 2024   00:38 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agrikultur dan Tata Kelola Perkebunan Mini di Lingkungan Perumahan Tempat Tinggal di Perkotaan.

m majoo

 Di tengah laju pertumbuhan penduduk yang pesat dan urbanisasi yang tak terbendung, kota-kota besar di seluruh dunia menghadapi tantangan serius dalam hal ketahanan pangan. Ketergantungan pada pasokan makanan dari luar kota tidak hanya meningkatkan biaya hidup, tetapi juga membuat masyarakat perkotaan rentan terhadap fluktuasi harga dan gangguan rantai pasokan. Dalam konteks ini, agrikultur urban dan tata kelola perkebunan mini di lingkungan perumahan muncul sebagai solusi inovatif untuk mengatasi krisis pangan yang mengancam. Konsep agrikultur urban, atau yang lebih dikenal sebagai urban farming, bukanlah hal baru. 

Namun, urgensinya semakin terasa di era modern ini. Dengan memanfaatkan lahan-lahan terbatas di sekitar rumah, balkon, atap gedung, bahkan dinding vertikal, penduduk kota dapat menghasilkan sebagian kebutuhan pangan mereka sendiri. Hal ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar, tetapi juga menjamin akses terhadap makanan segar dan bernutrisi tinggi. Implementasi perkebunan mini di lingkungan perumahan membutuhkan tata kelola yang efektif. 

Pembentukan kelompok tani urban menjadi langkah awal yang krusial. Melalui kelompok ini, warga dapat berbagi pengetahuan, sumber daya, dan tanggung jawab. Rotasi tugas penyiraman, pemupukan, dan pengendalian hama dapat diatur secara sistematis, memastikan keberlanjutan proyek tanpa membebani individu tertentu. Pemilihan jenis tanaman menjadi kunci keberhasilan agrikultur urban. Sayuran berdaun hijau seperti bayam, kangkung, dan selada, serta tanaman rempah seperti kemangi dan serai, terbukti mudah dibudidayakan dalam ruang terbatas. Inovasi dalam metode penanaman, seperti hidroponik dan akuaponik, memungkinkan produksi pangan yang lebih efisien dan hemat air. Tantangan utama dalam agrikultur urban adalah keterbatasan lahan dan sumber daya. Namun, kreativitas masyarakat urban telah melahirkan solusi-solusi brilian. Vertikultur, misalnya, memungkinkan pemanfaatan ruang vertikal untuk bertanam. Sistem irigasi tetes dan penggunaan air hujan yang ditampung dapat mengatasi masalah kelangkaan air. Sementara itu, pengomposan limbah organik rumah tangga menyediakan pupuk alami, menciptakan siklus nutrisi yang berkelanjutan. Peran pemerintah dalam mendukung inisiatif ini sangatlah penting. 

Kebijakan yang mendukung agrikultur urban, seperti insentif pajak untuk bangunan hijau dan program penyuluhan pertanian kota, dapat mempercepat adopsi praktik ini secara luas. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan komunitas lokal juga diperlukan untuk mengatasi tantangan teknis dan sosial yang mungkin muncul. Lebih dari sekadar solusi untuk ketahanan pangan, agrikultur urban membawa manfaat multidimensi bagi masyarakat kota. Dari segi lingkungan, praktik ini membantu mengurangi efek urban heat island dan meningkatkan keanekaragaman hayati perkotaan. Dari aspek sosial, kegiatan berkebun bersama memperkuat ikatan komunitas dan memberikan sarana rekreasi yang sehat. Secara ekonomi, produksi pangan lokal dapat membuka peluang usaha mikro dan mengurangi biaya transportasi makanan. 

Dalam menghadapi ancaman krisis pangan global, agrikultur urban dan tata kelola perkebunan mini di lingkungan perumahan menawarkan harapan baru. Inisiatif ini bukan hanya tentang memproduksi makanan, tetapi juga tentang membangun komunitas yang tangguh, berkelanjutan, dan mandiri pangan. Dengan komitmen bersama dari masyarakat dan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, kota-kota kita dapat bertransformasi menjadi oasis hijau yang produktif, menjamin ketahanan pangan bagi generasi sekarang dan masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun