Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

"Akal Bulus" & Kejahatan Politik Kekuasaan: Sebuah Analisa Kritis

28 Agustus 2024   16:03 Diperbarui: 28 Agustus 2024   16:03 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melawan Akal Bulus. Seputar-NTT.

Dimana, instabilitas politik, serta potensi konflik sosial akibat ketidakpuasan publik. Juga, risiko terhadap keamanan nasional dan stabilitas pemerintahan. Hal ini akan terus merambah, kepada terciptanya hambatan bagi sumberdaya keseimbangan, pembangunan, setidaknya menyoal, alokasi sumber daya yang tidak efisien dan tidak adil. Keterhambatnya inovasi dan pertumbuhan ekonomi akibat praktik monopoli dan nepotisme.

Kontras dengan "Akal Baik" dan "Akal Sehat" : Suatu Format Kontradiksi.

Jika, Akal Baik vs Akal Bulus, kemudaian dipertentangkan secara kontras, akal baik bertujuan untuk kebaikan bersama, sementara Akal Bulus mementingkan keuntungan sepihak. Lalu, Akal Baik bersifat transparan, sedangkan Akal Bulus cenderung manipulatif dan tersembunyi. Sementara, dari sudut paradigmatif dan presfektif, Akal Sehat vs Akal Bulus, jika dipertentangkan,  maka, Akal Sehat mengandalkan logika dan kebijaksanaan umum, sementara Akal Bulus sering mengeksploitasi kelemahan sistem. Dan, Akal Sehat cenderung inklusif, sedangkan Akal Bulus bersifat eksklusif dan menguntungkan kelompok tertentu.

Positifisme: Strategi Melawan "Akal Bulus" dalam Politik.

Di dalam, penguatan kapasitas, Institusi demokrasi, kita, telah selayaknya, turut memperkuat independensi lembaga peradilan dan anti-korupsi. Di dalam rangka, meningkatkan transparansi dalam proses legislatif dan eksekutif. Di lain sudut persoalan, maka, pendidikan politik, untuk meningkatkan literasi politik dan kesadaran kritis masyarakat. Dan, mendorong kesadaran, partisipasi aktif warga negara dalam proses demokratis. Yang, sejalan, dengan Reformasi Sistem Politik, menuju, arah implementasi sistem checks and balances yang lebih efektif. 

Dan mengukur, Reformasi sistem pemilu untuk dapat tercegah dan sebagai bagian upaya, dalam mencegah manipulasi dan kecurangan. Selain, penerapan, dari terwujudnya, perlindungan Whistleblower, untuk memperkuat perlindungan hukum bagi pelapor kejahatan politik. Juga, menciptakan mekanisme pelaporan yang aman dan efektif.

Kedudukan strtegis, juga merupakan, peranan, dari, peran Media dan Masyarakat Sipil, dalam hal, mendukung jurnalisme investigatif yang independen. Yang, memperkuat peran organisasi masyarakat sipil dalam mengawasi kekuasaan.

Di dalam Konteks Indonesia, Kita.

Sejarah Orde Baru, refleksi kritis terhadap praktik "Akal Bulus" selama era kepemimpinan Soeharto. Adalah suatu potensi pembelajaran dari proses reformasi dan demokratisasi pasca-Orde Baru. Dimana, desentralisasi dan Otonomi Daerah, dalam mengatasi tantangan korupsi dan nepotisme di tingkat lokal. 

Dan upaya, memperkuat akuntabilitas pemerintah daerah menjadi nihil. Terutama, dalam pemberantasan korupsi, yang tidak pernah mengakar pada, evaluasi efektivitas KPK (saat ini,) dan strategi anti-korupsi nasional. Di dalam, mengatasi resistensi politik terhadap upaya pemberantasan korupsi.

Reformasi Birokrasi Suatu Cita-cita, Yang Bukan "Akal Bulus".

Sasaran dan ruang lingkup, Reformasi dalam Birokrasi, ialah, mengurangi praktik "Akal Bulus" dalam rekrutmen dan promosi pegawai negeri. Serta, meningkatkan transparansi dan efisiensi layanan publik. Terutama, pendidikan Karakter, sebagai jendela,integrasi nilai-nilai integritas dan etika dalam kurikulum pendidikan nasional. Untuk membangun jalan budaya anti-korupsi sejak dini.

"Akal Bulus" dan kejahatan politik kekuasaan merupakan ancaman serius terhadap integritas demokrasi dan kesejahteraan masyarakat. Fenomena ini bukan hanya melanggar prinsip-prinsip etika politik, tetapi juga menggerogoti fondasi kepercayaan publik yang esensial bagi berfungsinya sistem demokratis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun