Al-Qur'an : -Kitab Suci Sebagai Jembatan Perdamaian & Kemanusiaan -Sebuah Dialog Terbuka.
Petunjuk Dari Tuhan Kepada Manusia.
Sebagai ummat beragama umumnya, dan secara khusus ummat islam saya mengetengahkan perbincangan seputar kedudukan keberagamaan dan keber-agamaan kita di tengah pluralitas yang majemuk, untuk seksama mengilhami keimanan beragama sebagai suatu perihal yang menuju idealisme kemanusian ke arah fitrah yang sebenar-benarnya diharapkan sebagai sumberdaya yang tujuannya berkomitmen terhadap perbedaan yang di dalam Al-Qur'an sendiri disinggung sebagaimana yang di jelaskan di dalam surat (Q.S. Al-Hujurot ; 13) yakni :
Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti. (Q.S. Al-Hujurot ; 13)
Yang tentunya dalam hal ini, kemudian perbedaaan diantara kategori konstruksi sosial kita semua berdasarkan suatu perkara, dimana hal tersbut menunjang ihwal yang mengilhami perbedaan lebih merupakan sarana bagi saling mengenal satu sama lain.
Selain, itu juga, bahwa, kedudukan kitab suci bagi manusia lebih merupakan suatu pedoman dan petunjuk kehidupannya sebagaimana dalam ayat beritkut :
Artinya : Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur. (Q.S. Al-Baqarah : 185).
Artinya :Â Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan)Â petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (Q.S. Al-Baqarah: 2).
Kitab Suci Penerang, Sebuah Mercusuar Yang Menerangi Arah Spiritulitas Manusia.
Dalam perjalanan sejarah umat manusia, kitab suci telah menjadi mercusuar spiritual yang menerangi jalan kehidupan bagi miliaran orang di seluruh dunia. Dipandang sebagai hadiah tak ternilai dari Sang Pencipta, kitab-kitab ini bukan sekadar kumpulan teks kuno, melainkan manifestasi cinta dan perhatian Tuhan kepada makhluk-Nya yang paling istimewa: manusia. Setiap kitab suci, apakah itu Al-Quran, Injil, Torah, Veda, atau yang lainnya, membawa pesan universal tentang cinta, kasih sayang, dan keadilan. Meskipun memiliki bentuk dan bahasa yang berbeda, inti ajaran mereka seringkali bermuara pada satu titik: bagaimana manusia dapat hidup dalam harmoni dengan Sang Pencipta, sesama manusia, dan alam semesta. Namun, ironisnya, perbedaan interpretasi terhadap kitab suci ini terkadang menjadi sumber perpecahan dan konflik. Padahal, jika kita mau menyelami lebih dalam, kita akan menemukan bahwa lebih banyak persamaan daripada perbedaan di antara ajaran-ajaran tersebut. Inilah saatnya kita mengubah perspektif, dari memandang perbedaan sebagai penghalang menjadi melihatnya sebagai kekayaan yang memperkaya tapestri kemanusiaan kita.
Marilah kita menghimbau diri sendiri dan sesama untuk membangun jembatan perdamaian dan kehidupan yang saling berdampingan. Bagaimana caranya? Pertama, dengan menyadari bahwa di balik perbedaan identitas agama, suku, atau bangsa, kita semua adalah manusia yang memiliki kebutuhan dan aspirasi yang sama: untuk dicintai, dihargai, dan hidup dalam kedamaian. Kedua, mari kita fokus pada nilai-nilai kemanusiaan universal yang diajarkan oleh setiap kitab suci. Nilai-nilai seperti kasih sayang, kejujuran, keadilan, dan pengampunan bukanlah milik eksklusif satu agama atau kelompok tertentu. Ini adalah warisan bersama umat manusia yang dapat menjadi landasan untuk membangun masyarakat yang lebih baik. Ketiga, marilah kita membuka diri untuk berdialog dan saling memahami. Dengan mendengarkan perspektif orang lain dengan tulus dan rasa hormat, kita tidak hanya memperkaya pemahaman kita sendiri, tetapi juga membangun empati dan solidaritas lintas batas identitas. Keempat, mari kita terapkan ajaran kitab suci kita dalam tindakan nyata sehari-hari. Bukan hanya dalam ritual ibadah, tetapi dalam cara kita memperlakukan sesama, bagaimana kita menjaga lingkungan, dan bagaimana kita berkontribusi pada kebaikan bersama. Akhirnya, marilah kita ingat bahwa keberagaman adalah desain indah dari Sang Pencipta. Seperti yang diajarkan dalam banyak kitab suci, perbedaan di antara kita bukanlah untuk saling memusuhi, melainkan untuk saling mengenal dan belajar satu sama lain.
Dalam dunia yang sering dilanda konflik dan perpecahan, pesan perdamaian dan persaudaraan dari kitab suci menjadi lebih relevan dari sebelumnya. Mari kita jadikan kitab suci kita bukan sebagai tembok pemisah, tetapi sebagai jembatan yang menghubungkan hati dan pikiran kita semua. Dengan mengambil inspirasi dari nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kitab suci, kita dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif, toleran, dan penuh kasih. Sebuah masyarakat di mana perbedaan dilihat sebagai kekuatan, bukan kelemahan; di mana dialog menggantikan perselisihan; dan di mana kemanusiaan kita yang sama menjadi pengikat yang lebih kuat daripada identitas yang memisahkan. Marilah kita berkomitmen untuk menjadi agen perdamaian dalam lingkungan kita masing-masing. Mulai dari keluarga, komunitas, hingga lingkup yang lebih luas, setiap tindakan kecil kita untuk memahami dan menghargai perbedaan dapat menciptakan riak perubahan yang positif. Ingatlah, bahwa dalam keragaman kita, terdapat kesatuan yang lebih dalam. Kita semua berbagi planet yang sama, bernapas udara yang sama, dan pada akhirnya, memiliki harapan yang sama untuk masa depan yang lebih baik. Dengan berpegangan pada ajaran mulia dari kitab suci kita dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan universal, kita dapat mewujudkan visi kehidupan yang damai dan harmonis, di mana setiap individu dapat hidup dengan martabat dan rasa hormat. Mari kita jadikan perbedaan sebagai alasan untuk merayakan keberagaman, bukan untuk memecah belah. Dengan demikian, kita tidak hanya menghormati ajaran kitab suci kita, tetapi juga menghormati kehendak Sang Pencipta yang telah menciptakan kita dalam keberagaman yang indah ini.
Bersama-sama, dengan hati yang terbuka dan pikiran yang jernih, kita dapat membangun dunia di mana perdamaian bukan hanya impian, tetapi kenyataan yang hidup dalam setiap interaksi kita sehari-hari. Inilah panggilan kemanusiaan kita, dan inilah warisan yang patut kita tinggalkan untuk generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H