Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waktu antara Konstruksi Sosial dan Determinasi Objektif - Subjektif

20 Juli 2024   06:14 Diperbarui: 20 Juli 2024   06:47 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Esai: "Waktu: Antara Konstruksi Sosial dan Determinasi Objektif-Subjektif" 

Oleh : A.W. al-faiz

  

Dalam narasi epik peradaban manusia, konsep waktu memainkan peran sentral namun paradoksal. Ia adalah panggung tempat drama kehidupan berlangsung, sekaligus aktor yang membentuk alur cerita itu sendiri. Pertanyaan tentang hakikat waktu---apakah ia murni konstruksi sosial atau entitas objektif yang menentukan subjektivitas individu---membawa kita pada eksplorasi mendalam tentang "reason of age" dan sistem nilai yang melandasi pemahaman kita tentang eksistensi lebih jauh lagi di dalam benak kita mengenai geliat topik judul di atas. 

Mari kita bersama, melihat presfekti dari Waktu sebagai Konstruksi Sosial, dimana Relativitas Kultural: Persepsi dan pengukuran waktu sangat bervariasi antar budaya, menunjukkan sifat konstruktifnya. Paradoks dari Narasi Kolektif: Pembagian waktu (hari, minggu, tahun) adalah hasil kesepakatan sosial yang membentuk ritme kehidupan bersama. Dan lalu, secara formal kita mengenal kebebasan Nilai Simbolik: Momen-momen tertentu (tahun baru, hari raya) mendapatkan makna khususnya dari atribusi sosial. 

Selain itu, bahwa, Waktu sebagai Determinasi Objektif atau Realitas Fisik: Fenomena alam seperti rotasi bumi dan revolusi planet menunjukkan adanya dimensi waktu yang objektif. Waktu kerap muncul untuk di asumsikan siapa saja sebagai, Entropi dan Kausalitas: Hukum termodinamika kedua dan prinsip sebab-akibat mengindikasikan arah waktu yang tak dapat dibalik. Dimalam yang gelap ketika sepasang suami istri bersegama, dimana waktu terinterprestasi sebagai suatu logika dari munculnya birahi dan Batasan Biologis: yang terus melangkah pada akhirnya, menjadi ilham dari Proses penuaan dan siklus hidup organisme menunjukkan pengaruh waktu yang tak terelakkan. 

  

Ada waktu di dalam masyarakat kita secara kolektif berupa menarik keterhubungan Dialektika Objek-Subjek dalam Pengalaman Waktu. Hal-perihal yang menyangkut, Persepsi Individual: yang terbentuk dari Pengalaman subjektif tentang waktu (cepat/lambat) sering bertentangan dengan pengukuran objektifnya. Meskipun, kita akhirnya menyangka bahwa tealh datang dan mendapat suatu kecerahan simbolisme dan seolah memiliki Kesadaran dan Temporalitas: Fenomenologi yang menunjukkan seseorang, bahwa akhirnya kesadaran manusia secara intrinsik bersifat temporal. Yang menciptakan Memori dan juga Antisipasi: sebagai Kemampuan mengingat masa lalu dan membayangkan masa depan membentuk pengalaman waktu yang unik pada manusia. 

  

Waktu juga memuat perihal mendasar atas, istilah yang ingin kita ucapakan sebagai nalar kesadarn dari idiom "Reason of Age" dan Evolusi Sistem Nilai. Yang mendudukan  Akumulasi vs. (versus) Relevansi: atau Tension antara penghargaan terhadap kebijaksanaan yang terakumulasi dengan waktu dan tuntutan akan relevansi kontemporer. Hal ini dalam kalimat ini memang sebagai suatu kontradiksi dalam melihat pokok persoalannya. 

Apakah ? benar ranah sosial menciptakan termin-termin semacam ini atau justru mengupayakan suatu mekanisme sistem sebaliknya menjadai determinasi dalam tingkatan dan klasifikasi indivvidu-individu di dalam masyarakat. Dan apakah pertnayaan ini perlu, atau pertanyaan yang masuk dalam kriteria daftar pertanyaan yang seharusnya secara logis dapat memperoleh jawaban? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun