Pak Karman tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, Nak. Kita semua masih belajar. Yang penting adalah niat di hati kita."
Kejadian itu menjadi pelajaran berharga bagi semua yang menyaksikannya. Bahwa moralitas bahasa tidak selalu terletak pada kata-kata yang diucapkan, tetapi pada makna dan niat di baliknya. Bahwa pemahaman dan pengetahuan setiap individu berbeda-beda, dan kita perlu berhati-hati sebelum menghakimi orang lain.
Sejak hari itu, banyak orang yang datang ke Pak Karman bukan hanya untuk menyemir sepatu, tetapi juga untuk mendengar kebijaksanaannya yang sederhana namun dalam. Dan Pak Karman terus bersenandung, memuliakan Tuhan dalam setiap sapuan kuas semirnya, mengajarkan pada dunia bahwa kesucian bisa ditemukan dalam pekerjaan yang paling sederhana sekalipun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H