Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat Cinta Kepada Ytc. Tanah Air

26 Juni 2024   20:27 Diperbarui: 26 Juni 2024   20:28 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Surat Cinta Panwaslu : Kepada Ytc. Tanah Airku Indonesia.
- cerpen.
Oleh : Ahmad Wansa Al-faiz.

Dan, bersama surat ini, aku ucapkan salamku, kepada tanah airku yang tercinta dan aku cintai. -

"Merdeka!"

         Surat ini aku tulis, di hari ini, di serentak setiap daerah berada di ambang batas, periodik jabatan kepemerintahan, dan kepemimpinan di daerah. Dan demokrasi memang tidak pernah padam dalam semangat dan citra usia dalam berproses menuju integritas pembangunan bangsa ini. Sementara dalam masa proses persiapan pemilihan, ini, tentu aku juga merasakan kerinduan setiap orang akan hasil, yang menghasilkan kebijakan yang berpihak kepada nasib rakyat, yang demokratis. Surat, ini aku layangkan sebagian dari perasaan eforia sebelum kita bangsa, dan tanah air, ini, berada di mahligai kursi demokrasi yang sebenarnya. Mencintaimu, yakni, mencintai tanah airku, yang juwita, cantik, indah alam raya, pujaan setiap manusia di dunia. Mencintaimu tanah airku, mencintai segenap wilayah yang membesarkan, dan memberi rasa dan perasaan bersyukur akan negeri yang kaya, dan keragaman tradisi yang memukau.

             Oh, Indonesiaku aku telah mengikat janji setia kepadamu. Sebagai patriot dari ode dan epos negeri ini menuju mimpi, di mahligai dunia. Lahir, besar dan menjadi negeri yang maju dan mampu bersaing kancah ekonomi dunia, sebagai bangsa yang layak di perhitungkan. Sebagai bangsa yang maju dan besar

Bersama surat ini pula,
Tanah airku yang aku cintai, Indonesiaku yang aku kasihi.
Dengarkanlah rayuan ini, yang adalah sebagian dari lirih rayuan pulau kelapa.

Wahai, engkau cintaku, tanah subur, dan makmur.
           Di pangkuan ibu pertiwi ini kelak aku menutup mata, perjalanan bersamamu tanah airku. Dimana padi, sawah, dan ladang, hamparan kecantikan dan keindahanmu. Menumbuhkan semangat patriotisme, rela berkorban untuk cinta sejati di dalam diri, yang menolak arti kata penjajahan bagi kemerdekaan, itu, sudah sejak lama kita ikrarkan sebagai bangsa yang jenuh dengan kolonialisme dan penjajahan negeri sendiri, serta korupsi dimana-mana, dominasi dari sumberdaya asing, yang tak mengerti akan keinginan dan cita-cita luhur bangsa ini.

Wahai, engkau cintaku, tanah subur, dan makmur.
           Di pangkuan ibu pertiwi ini kelak aku menutup mata, perjalanan bersamamu tanah airku. Dimana padi, sawah, dan ladang, hamparan kecantikan dan keindahanmu. Menumbuhkan semangat patriotisme, rela berkorban untuk cinta sejati di dalam diri, yang menolak arti kata penjajahan bagi kemerdekaan, itu, sudah sejak lama kita ikrarkan sebagai bangsa yang jenuh dengan kolonialisme, dominasi dari sumberdaya asing, yang tak mengerti akan keinginan dan cita-cita luhur bangsa ini.

Dengarlah!
Kerinduan ini pada pemimpin yang terpilih secara adil.

Seraya berdoa, jujur aku ucapkan, bahwa aku jatuh cinta kepada tanah pusaka, ibu pertiwi, bangsa dan negara, yang terlahir dari perjuangan dan perlawanan, bagi para penjajah dunia.

Terakhir,
Surat ini, aku tulis, dengan segenap, keinginan kerinduan mengecup hamparan tanah dan aroma dari kesejukan bangsaku.

Tunggu!, tunggu aku di batas rindu padamu, pada Indonesiaku yang adil dan makmur.

26/06/2024.
BL. (We. Alfaiz).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun