IDUL Â ADHA : "AGAMA MERUPAKAN NILAI SAKRAL DI DALAM DIMENSI SOSIAL KEMANUSIAAN" -- NAPAK TILAS PERISTIWA PENYEMBELIHAN ISMAIL, AS.
Â
     Hal yang orang pikirkan mengenai sikap sosial keagamaan di hari raya idul adha memiliki beberapa dimensi yang signifikan. Dan, beberapa contoh adalah : Menyoal salah satunya, pengorbanan untuk Kemanusiaan, dimana, Idul Adha dianggap sebagai tindakan sosial yang bermakna, karena pengorbanan berarti kemauan memberikan segala sesuatu yang dimiliki, baik materiil maupun spiritual, untuk memperingati Ismail (Ishak) dan memantapkan solidaritas sosial[1].
Allah berfirman:
(: 102)
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!". Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (Q.S. al-Shaffat [37]: 102).
     Dimana tentu saja kita semua, memahami, dan mengerti arti dan makna sikap berkurban sebagai suatu sikap dalam realisasi nilai yang ada pada koridor yang dipahamai dari suatu 'itibar yang diajarkan agama melalui permisalan-permisalan di dalam kisash-kisah di dalam al-quran sebagai sumberdayanya. Yang tentunya, sikap berkurban adalah kesediaan untuk melepaskan atau mengorbankan sesuatu yang berharga demi tujuan atau kepentingan yang lebih besar. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang sikap berkurban yang kita pahami sebagai suatu amsal peristiwa yang mengajarkan nilai kebaikan di dalamnya, ialah,
Yang lebih, kurang dapat kita definisikan :
      Sikap berkurban adalah kesiapan untuk merelakan sesuatu yang dimiliki, baik berupa materi maupun non-materi, demi mencapai tujuan yang lebih mulia atau membantu orang lain. Juga merupakan, bentuk pengorbanan itu, sendiri, seperti sebagai pengorbanan yang bermakna materi dengan, mengorbankan harta benda, uang, atau barang berharga lainnya. Dan juga, non-materi, seperti, mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, perasaan, kenyamanan, bahkan nyawa jika diperlukan.
Yang kemudian lantas mungkin beberapa diantara kita, menyambung pertanyaan sebagai relavansi hari raya Iedul Adha, dalam tanda tanya,
- Apa tujuan berkurban?
       Dalam esensi, Qurban adalah panggilan untuk bersatu dalam ketaatan kepada Allah dan membantu sesama manusia. Dengan mengikuti landasan perintah Qurban dalam Al-Quran dan hadis, kita tidak hanya menunaikan kewajiban agama, tetapi juga mengukir jejak kebaikan yang abadi dalam sejarah umat manusia.