Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berhala-Berhala Kontemporer dalam Pandangan Nalar Filosofis, "God and Morality" Plato

4 Juni 2024   03:22 Diperbarui: 4 Juni 2024   04:03 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

7. "Noble Lie" dan Branding Nasional
  - Plato menyarankan "Noble Lie" - mitos yang mempromosikan harmoni sosial, meskipun tidak benar secara harfiah.
  - Beberapa berhala nasional (menara ikonik, acara olahraga besar) bisa dilihat sebagai "Noble Lie" kontemporer. Mereka menciptakan kebanggaan dan persatuan nasional.
  - Tapi hati-hati: Plato menekankan bahwa penguasa harus tahu mana yang mitos dan mana yang benar. Akankah pemimpin kita tergoda untuk mempercayai "branding" mereka sendiri?

8. Beralih dari Penglihatan ke Intelek
  - Perjalanan Platonis menuju pengetahuan adalah pergerakan dari dunia yang terlihat (visible) ke yang dimengerti (intelligible).
  - Berhala kontemporer sangat visual dan taktil - logo yang mencolok, kemasan mewah, pengalaman imersif.
  - Plato akan mendesak kita untuk melihat melampaui pesona sensorik ini dan bertanya: Apa esensi sebenarnya dari hal-hal yang kita sembah?

Pandangan Plato tentang "God and Morality" menawarkan kerangka kerja yang kaya untuk memikirkan berhala-berhala kontemporer. Dia mengajak kita untuk melihat melampaui kilau permukaan dan mencari standar etis yang lebih dalam. Apakah objek pemujaan kita mencerminkan "Yang Baik" yang abadi, atau hanya bayangan yang lewat di dinding gua?

Namun, kita juga harus kritis terhadap Plato sendiri. Gagasannya tentang Bentuk yang tidak berubah dan "Yang Baik" yang universal bisa dianggap terlalu statis dan Barat-sentris. Di dunia yang sangat beragam secara kultural, dapatkah kita benar-benar berbicara tentang nilai-nilai universal?

Terlepas dari itu, menghadirkan Plato ke dalam diskusi tentang berhala kontemporer adalah langkah yang cerdas. Ini mengingatkan kita bahwa, meskipun objek pemujaan kita berubah, pertanyaan filosofis yang mendasarinya tetap sama selama ribuan tahun. Kita masih bergulat dengan isu-isu yang dihadapi oleh para filsuf Yunani: Apa itu kebaikan? Dari mana datangnya nilai-nilai kita? Dan mengapa kita memuja apa yang kita puja?

awe.

Bl,
03/06/2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun