Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berhala-Berhala Kontemporer dalam Pandangan Nalar Filosofis, "God and Morality" Plato

4 Juni 2024   03:22 Diperbarui: 4 Juni 2024   04:03 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 Berhala-Berhala Kontemporer Dalam Pandangan Nalar Filosofis, God and Morality, Plato.

             Filsafat Yunani Kuno . Untuk mengajak kita untuk

Berhala-Berhala Kontemporer Dalam Pandangan Filosofis, God and Morality, Plato.

 Filsafat Yunani Kuno . Untuk mengajak kita untuk melihat "Berhala-Berhala Kontemporer" melalui lensa "God and Morality" Plato. Ini adalah upaya untuk menggunakan pemikiran klasik guna memahami fenomena modern - sebuah pendekatan yang sangat Platonis, sebenarnya.

Plato (c. 427-347 SM) adalah salah satu filsuf paling berpengaruh dalam sejarah Barat. Dalam karya-karya seperti "Republik", "Euthyphro", dan "Timaeus", dia menggali hubungan kompleks antara Tuhan (atau lebih tepatnya, "Yang Ilahi") dan moralitas.

1. Teori Bentuk dan "Yang Baik"
  - Dalam filsafat Plato, ada dunia Bentuk (Forms) yang ideal, abadi, dan tidak berubah. Di atas semua Bentuk adalah "Yang Baik" (The Good).
  - "Yang Baik" bagi Plato mirip dengan konsep Tuhan - sumber tertinggi dari realitas, kebenaran, dan nilai.
  - Berhala kontemporer (uang, selebritas, teknologi) bisa dilihat sebagai bayangan yang tidak sempurna dari "Yang Baik". Mereka menawarkan kesenangan atau utilitas, tapi bukan kebaikan sejati.

2. Moralitas Tidak Bergantung pada Tuhan
  - Dalam "Euthyphro", Plato mengajukan dilema terkenal: Apakah yang baik itu baik karena Tuhan menyukainya, atau Tuhan menyukainya karena itu baik?
  - Plato cenderung pada yang kedua. Moralitas tidak ditentukan oleh kehendak ilahi, tetapi oleh standar rasional yang bahkan Tuhan pun tunduk padanya.
  - Implikasinya untuk saat ini: Kita tidak bisa membenarkan pemujaan berhala modern hanya karena mereka "populer". Ada standar etis objektif yang harus kita terapkan.

3. Alegori Gua dan Media Sosial
  - Dalam "Republik", Plato memaparkan Alegori Gua. Orang-orang terbelenggu, hanya melihat bayangan di dinding gua, mengira itulah realitas.
  - Media sosial dan berita 24/7 bisa dilihat sebagai "gua kontemporer". Kita terpaku pada layar, sering kali melihat distorsi realitas (berita palsu, filter Instagram).
  - Bagi Plato, tugas filsuf adalah untuk keluar dari gua, melihat "Yang Baik", lalu kembali untuk membebaskan yang lain. Mungkinkah kita butuh "filsuf digital" untuk membantu kita keluar dari gua media?

4. Teknologi sebagai Demiurge?
  - Dalam "Timaeus", Plato menggambarkan Demiurge - entitas ilahi yang membentuk dunia fisik berdasarkan Bentuk ideal.
  - Teknologi modern (AI, rekayasa genetika) bisa dilihat sebagai semacam Demiurge. Mereka membentuk realitas fisik kita, tapi apakah berdasarkan Bentuk yang benar?
  - Kekhawatiran Platonis: Jika teknologi kita tidak dipandu oleh pemahaman tentang "Yang Baik", kita bisa menciptakan dunia yang sangat tidak etis.

5. Jiwa Tripartit dan Konsumerisme
  - Plato membagi jiwa menjadi tiga bagian: logistikon (rasional), thumos (spirited), dan epithumetikon (nafsu).
  - Dalam jiwa yang sehat, logistikon memimpin, dibantu thumos, mengendalikan epithumetikon.
  - Konsumerisme bisa dilihat sebagai epithumetikon yang lepas kendali. Kita terobsesi dengan berhala materi (ponsel terbaru, mode) tanpa panduan logistikon.

6. Philosopher-Kings vs Selebriti
  - Dalam "Republik", Plato berpendapat bahwa pemimpin terbaik adalah "philosopher-kings" - orang bijak yang memahami "Yang Baik".
  - Kontras ini dengan kultus selebriti saat ini. Kita sering memuja orang bukan karena kebijaksanaan mereka, tapi karena kekayaan atau penampilan.
  - Plato akan menganggap ini sebagai aristocratis palsu - kita memberikan status tertinggi pada mereka yang paling tidak cocok untuk memimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun