Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apa Khabarmu?

30 Mei 2024   09:25 Diperbarui: 30 Mei 2024   09:47 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Rindu mengusik dalam
di rembang petang
hingga malam terjelang
Apa kabarmu?" (goen).

* *

Apa Khabarmu ?
- cerpen.

         Hingga malam terjelang, hari menemui ajalnya tenggelam di balik mega-mega, sontak mematikan saklat sinar matahari, menjadi kelam dan gelap.

          Tak ada songket, atau pun kain sarung dan kopiah, bagi penampilan lelaki Melayu. Hanya sorban, dan celana, panjang katun yang masih agak tebal, dengan warna yang masih bergairah. Lelaki itu melempar puntung cerutu ke kolam ikan, menjentikan jarinya, dan menyentil tumpukan daun tembakau itu, melambung tinggi sebelum akhirnya jatuh. Sambil, switer jaketnya, medekap tubuh, tangan kanan yang sesekali naik turun mengait cangkir kaleng dengan aroma kopi yang masih hangat dan jernih.

         Di Rembang, Rengat, Siak tenggelam. Dan, rembulan seperti warna sore hari. Dan pelataran surau yang berlampu jalan, yang memancarkan sinar kuning, dan redup, dan ramai oleh anak-anak mengaji yang menunggu beduk, sebelum azan sholat, Isya.

Sebuah, surat yang lirih terbaca perasaan penuh harap menunggu, dan masih sesak dengan raung binatang pemangsa, yang merindukan seekor rusa  betina untuk disantapnya. Sesekali hasrat itu, masih begitu buas dan garang, di dalam ingatannya, menundukkan batinnya, dan membuat bibirnya mengucapkan resah, dan berdo'a hingga larut malam tiba. Sudah selesai tiga pekan saja, setelah, Lestari, yang mengirimkannya, dari negeri nun jauh terletak di seberang selat Malaka. Setelah, sedikit, mengurangi badai rindunya, dan kemudian, lelaki itu, meletakan kembali surat, itu dimana dia biasa, menyimpannya, dalam sebuah kotak kaca, meletakannya di atas bantal berwarna merah.

"Apa, khabarmu abang?"

"Apakah, masih sering abang menghisap cerutu ?"

"Apa yang abang Hamzah tulis di surat khabar, sepekan, terakhir ini ?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun