Kucing, Monyet; & Hitamnya Sosok Karakter Antagonisme Kehidupan Manusia.
Jika Edgard Allan Poe mengemas suatu situasi dan keadaan di dalam cerpennya; tentang sosok "hitam" & "kucing", sebagai suatu retentan tragedi ditimpa "kesialan," bagi kehidupan seseorang. Sebagai suatu sumberdaya adanya unsur psycis manusia dalam suatu lingkup gram-arsir hitam, sebagai suatu narasi yang diceritakan tentang kucing hitam.Â
Saya, kira kurang lebih bisa saja pendapat ini menjadi suatu tinjauan motif dari interprestasi suatu karya sastra, seperti cerpen yang ditulis oleh Edgar Allan Poe. Sementara, bukan sebagai pembanding, sebuah film yang disutradarai Djenar Maesa Ayu, sebagai sinopsis anti-sumanj - menceritakan tentang penyiksaan terhadap anak dengan lingkup notasi sarkasme, "Mereka bilang saya monyet" di tahun 2008.
Apa-apa tentang monyet, dan juga corak warna hitam sebagai karakter kesialan, oleh seekor kucing, atau katakanlah, saja sebagai karakter naratorial dalam upaya mengungkapkan karakteristik antagonisme dalam kehidupan manusia di dalam alur plot pencitraan simbolik melalui penceritaan yang menarik relasi kabur atau bias terhadap suatu hubungan stigma dan asumsi; asumsi; atas suatu tafsir, dan asosiasi realitas di dalam masyarakat, yang berada pada situasi yang buruk, dengan secara idiomatik sebagai frase-frase kiasan dan metafora.Â
Tentunya, secara objektif, baik kucing, dan monyet, atau apapun saja bentuknya, dapat saja dibawa kepada suatu relasi di luar dari makna harfiahnya, sebagai suatu pokok yang tidak bertendensi apa pun juga terhadap suatu kesan keterhubungan dalam suatu kiasah naratif dalam karya-karya sastra prosaik, seperti cerpen atau novel (prosa).
Sehingga, kucing itu, atau monyet itu, tentunya saja adalah suatu kesan dari sang penulisnya. terutama, jika anda harus melongok untuk menoleh harga kucing di online store, jenis Persia dengan warna tersebut, sebagai harga yang cukup fantastis. Dan seberapa  tinggi destinasi wisata dan daya tariknya para sekawan monyet, untuk membuat rating indeks para pengunjungnya datang.
Di lama hal ihwal ini, yang justru menjadi pokok dari sastra dan karya sastra adalah tidak lain, adalah nalar kritisme, para pembacanya, dibanding imajinasi; dari para penulisnya. Lebih, merupakan suatu hal penting, daripada karya yang mendunia, sebagai tolak ukur pembaca, terhadap tolak ukur penulisnya.
Setidaknya, saya ingin mengingatkan para pembaca kritis karya-karya sastra, untuk, anda dapat memilih, menjadi "kucing?!" atau "monyet?!" sebagai motivasi baca para pembaca karya sastra di dalam negeri. Atau, anda bisa memilih untuk mengatakan hal tersebut, kepada buruknya, citra politisasi di dalamnya, sebagai motif yang tidak terelakkan dalam paradigma, dan berujung bagi presfektif industri, dan eksperimental kebudayaan baru, yang belum lagi jelas tolak ukur akibatnya bagi keadaan dan realitas hari ini. (we).
"Salam!"
sumber:
1.
Kucing Hitam https://g.co/kgs/nzKTGno
2.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mereka_Bilang,_Saya_Monyet!