Neo Etika Imperatif Kategoris : Arus Balik - Noumenologis -Sikap Kebaharuan Dalam Presfektif Otologi, Kant.
        Sabagai kurva rasionalitas, dimana fenomenologi berbicara eksistensi dan keberadaan dirinya sebagai hal yang justru secara kesadaran menyiratkan objektifitas yabg esensial, sebagai rasionalitaa modern di dalam perkembangan pemikiran filsafat modernitas dan juga progresifitas kontempiris (makna empirisme kontemporer) dalam sejarah perkembangan filsafat menyalin realitas berpikir manusia terhadap tuhan dqn irasionalitas penderitaan yang otentik itu.
     Apakah sebenarnya alat pembanding dari fenoumena bukanlah suatu fenoumenena dari kata yang di definisikan sdnagai noumrna esensial dari suatu objek etis di dalam masyarkat kita. Maka, seandainya dalam suaty siklus yang memang benar-benar melalui rotasi-rotasi yang mrngambil arah sebaliknya
untuk kemudian menjadi netral dari suasqna aktiv dari kehidupan akan keinginan dan ambisi manusia dalam kehendak berkuasaanya.
Maka noumenologi pernyataan yang merupakan bagan dari aksioma fenoumenologis adalah dapat dikatakan sebagai fenoumenologi  Immanuel Kant yang sebenarnya -hanya mengambil suatu asumsi padq jarak realitas menuju suatu esensi noumenon sebagai proses verifikasi dalan investigasi krbrnaran yqng hatus diyakini dan diterima sebagai obejktifitqs dan ontologis etis yang imanen. Dengab demikian bahwa secara metodelogis Fenoumenilogi bukanlah ikut serta dalam suatu esensi objektif, namun memiliki kecenderungan ubyuk berada pada koridor di luar dalam artian mrngamati dari atau dengan jarak (skeptis) keraguan pada apa yang tidak berada pada spektrum realitas mengenai keyakinan itu sendiri sebagi moralitas subjektif, yang seakan-akan adalah realitas
Yang di sangkakan atau di perbandingkan dengan sikap kenyataan sebagai kebenaran objektif dan ruh absolut dari kecendenrunagn spiriyualitas seseorang dalam anggapannya tentang tuhan. Dalam transformasi ruang dan waktu serta eksistensi dirinya yang berada pada realitas nalar inderawi, konsepsi Kant afalah konsepsi nalar dari ilmu pengetahuan yang sebenarnya, sangat cermat, dan verifikatif untuk menilai keberadaan "Jarak realitas terhadap inherensi dirinya sendiri berada di dalam realitas pikirannya." Secara subjektif maupun objektif.
Nouemrnologi atau Fenoumenologi Yang Ontologis  : Pendekatan Metodelogis Etik Immanuel Kant Yang Imanen.
       Dalam ontologi yang dikatakan sebagai Etika Imperatif Kategiris baru, dimana Kant sendiri menerima sesuatu yang baru untuk menyatakan penolakannya terhadap status quo, dalam ortodoksi gereja. Sebagai protest dan kritik bagi nalar kekuasaan sebagai nilai yang baru, atau dalam bentuk baru, adalah suatu yang nihil untuk diperbandingkan dengan kehendak terhadap kehendeka kebebasan dan kekuasaan ya g mungkin bagi Kant tradiai seharusnya bertolak pada jarak metrum dari realaitas yang ada sebagai aumberdaya diidentifikasi sebagai nilai subjektif tanpa harua masuk ke dalam area objektifitas yang bertentangan dengan kondisi-kondisi nilai yang kontradikyif bagi subjetifitas dirinya, yang akan menjadikannya terrsesat dalam kondisi asumsional nilai prasangka, sebagai kewajiban etis yang du nilai berdasarkan benar atau salah di laura kondiai subjektifitas dirinya yang diyakini sebagi kebenarannya selama ini, sexara ontologis akan mendekonstrusi keberadaan atau eksiatensi dirinya, yang bisa saja melekat pada suatu konsepsi fungsi yang objektif bagi fungsi gerak semesta kehidupan manusia menyoal - semesta peradaban dan lengetahuan manusia - yang bersumberdaya oleh integritas imenensinya selama korelasi tuhan sebagai suatu lokus yang tidak berada dalam kesatuan kehidupan akal transformatif dirinya, dimana tuhan secara subjektif "tidak manusia" (sebagai nilai yang potensial yang bukan otentik) Imanuel Kant dalam fenoumenologinya selama ini saya rasa disadari sebagai kritik yabg melahirkan dikotomi akan sikap protes dikemudian hari. Sebagai titik awal otensititaa hari inu sebagai yang ortodoks tersendiri dan menjadi statuta quos, dalam ke-absolutannya memandang kebenaran di luar dirinya - tanpa ruang untuk bersifat sebagai kemungkinan yang lain sebagai inisiatif ontologis (kuasa). Lebih erat, sebagai "skeptisme kritis" dalam spirit pengetahuan dan kebaharuan.
B. Lampung, 19 Januari 2024.
A. W. al-faiz.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H