Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Memilih

11 Januari 2024   02:12 Diperbarui: 11 Januari 2024   02:19 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

MEMILIH.

0/
TELAH aku pahat wajah
Dan tubuh kekasih terakhirku

Pada lembar sunyi di benakku
Dalam waktu gigiku mulai ompong
Menghabiskan kitab energi
untuk menafsir keindahan

Telah aku pahat namamu - milah
Pada milad April di hari sabath

1/
Mestinya, aku hanya bertemu berbagai pertanyaan
Telah aku bawa ruhnya - dari cinta milah
Kepada janin akalku. -
Mestinya aku hanya bertemu kekosongan
Dimana tak setiap wajah adalah pahatanku

: Dimana masa waktu di dalam sejarah mengikat kuat
Aliran darah pada sungai biru itu ::
Sejawat kenangan yang tak pernah kuingat
Dalam sadar.

Labirin dingin -
Menjadi ginjalku saat pipis aku seperti sontak terbelai
Ruh dari namamu :

Telah aku pahat wajahmu
Dari harva huruf-huruf harvanik : mim
Lam, hamzah dan Ha' : Milah

Lalu, sebuah kalimat hadir menjadi wajah
Bagi perempuan di dalam dingeng sabtu di tahun yang ke enam bagi : bagi batu bukit di dadamu yang menggunung

Bagi pasir pantai pada renyah tawamu
Bagi sebuah sumur - tempat mayat para panglima
Revolusioner : di antara kakimu menjejaki
Langit, seketika
Koyak! :
Pada matamu setajam bilah pisau
Harakiri - Musasi confusius menusuk jantungnya.
Membelah mimpi malam kelabu.
Sayap-sayap tubuhmu yang menyayat
Kata-kata ilusi dari rahim angan
Yang terdalam

Dan warna ungu stroimber
Atau soldier of fortune -

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun