Seperti kesetanan, dan juga setidaknya, Mungkin tuan, Raka Gala, berpikir, dirinya, selama ini telah menghabiskan waktu, untuk mengatur bagaimana, dia dapat meniduri Suminah, sepuas-puas nafsunya. Setelah, tuan Raka Gala, merasa marah dan emosi, ketika Suminah poli, mengucapkan, penolakannya, untuk mau di ajak bercumbu dan tidur di ranjang nyonya saat, nyonya keluar kota. Saat, itu, juga tuan Raka Gala, menyekapnya dalam gubuk gudang di belakang rumahnya.
-----------------------------
  Segelas kopi, yang tandas oleh dahaga, dan sebungkus rokokurah, dan, kemudian aku kembali berpikir sejenak, entah apakah lagi yang harus aku tulis pada layar ketik samartphoneku, yang kecil ini, dari kelanjutan cerita itu. Persisnya, aku memang belum pernah menulis cerita yang baik, dalam bentuk plot kisah demikian dalam bentuk cerita pendek. Setelah, juga kemarin sore kami merasa kelelahan, "aku, dan Ro' " mendiskusikan konstelasi dari musim kampanye politik, di dalam agenda pemilu jelang pencoblosan di bilik suara di tahun-tahun politik tahun ini.
   Terutama, setelah maraknya kasus-kasus belakangan, yang salah satunya adalah, ujaran kebencian, atau hate speech, dalam istilah bahasa inggrisnya, dalam istilah delik, undang-undang di dalam hukum negara. Mungkin, bukanlah, suatu perkara kecil, untuk bisa diadili, sebagai suatu subtansi dari keberadaan hukum dalam penegakannya, secara suprematif hukum.Â
  Konon, bagiku, aku telah mati dalam suasana kegelisahan yang membuatku, terkena disentri dan hanya bisa makan sepotong roti, lunak, dengan memaksakan menelannya, karena selera makanku telah hilang bersamaan, dengan berbagai dilema perkara rumit dalam imajasiku, menulis dan melukiskan relaitas dalam relaisme tulisan cerita-cerita pendek, dari beberapa hal yang fiktif, sebagai minatku sendiri, dalam mencatat lengamatanku dalam ruang pengamatan, pada setiap objek lama, atau bahkan yang baru aku kenal, hanya dalam rangka, untuk kurang lebih, meningkatkan kesadaranku pada suatu alur kehidupan dan dimensi di dalamnya, dan juga, dalam hal mengisi waktu, senggangku saja.
  Setelah melihat waktu, aku berhenti, dan meninggalkan ruang kamar kerjaku.
  Suminah, hanya tinggal, ambisi dari suatu interprestasi dari makna tentang gejala politik, yang lahir dari berbagai macam peristiwa di dalam kenyataan sudut pandang mata, ke arah yang tentu arah ini, yang ada pada benak kesimpulanku, dan akhirnya mengambil langkah untuk berlalu, meninggalkan semuanya.Â
"Aku mengambil beberapa potong roti, biskuit, dan pergi menuju stasiun mimpi, berikutnya.
Bandar Lampung, Sabtu 12 Agustus, 2023.
El-Sabat, (A.W.E.).