Mohon tunggu...
Ahmad Very Nur Wahid
Ahmad Very Nur Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

NIM:2021096011924 Institut Agama Islam Al-Qodiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Butuhnya Paham Multikulturalisme dalam Kehidupan Bermasyarakat

22 Desember 2023   11:10 Diperbarui: 24 Desember 2023   10:56 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama. : AHMAD VERY NUR WAHID 

Nim     :2021096011924

INSTITUT AGAMA ISLAM AL-QODIRI

Multi artinya banyak, sedangkan kulturalisme artinya aliran/ideologi budaya. Multikulturalisme berarti pandangan yang mengakomodasi banyak aliran atau ideology budaya. Multikulturalisme mengkonsepkan pandangan terhadap keanekaragaman kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya di dalam realitas masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem sosial, praktik budaya, adat-kebiasaan, dan filosofi politik yang dianut dalam konteks tertentu. Multikulturalisme tidak bertujuan untuk menciptakan keseragaman ala monisme atau pun penciptaan budaya universal ala pluralisme. Multkulturalisme lebih maju dari monisme dan pluralisme.

Mencermati hakikat eksistensi-faktual masyarakat Indonesia sebagai suatu bangsa dengan berbagai latar belakang primordial yang tumbuh di dalamnya, maka Indonesia sungguh tak mungkin mengadopsi monokulturalisme sebagai perekat hidup kita bersama yang serba beraneka ini. Kita pun tak cukup hanya sampai pada paradigma pluralisme. Sebab pluralisme hanya barulah pada tahap standar bagi sikap penolakan kita akan paradigm monisme-monokultur atau homogenitas dalam hidup berbangsa/bernegara. 

Kita mau berlangkah lebih jauh, lebih tinggi, lebih lebar dan lebih dalam menuju apa yang disebut multikulturalisme itu. Mengapa multikulturalisme? Karena di dalam multikulturalisme kita mengakui dan menghormati perbedaan sosial dan unsur-unsur latar budaya kita sebagai suatu rahmat, suatu anugerah, suatu kekayaan, suatu hadiah. Kita tidak melihat atribut identitas perbedaan kita sebagai ancaman atau petaka-katastrofis sosial. Multikulturalisme adalah hadiah Tuhan bagi kita yang mengaku orang Indonesia sebagai satu-satunya nation state dengan etnis terbanyak menyebar di seantero ribuan pulau negeri ini.

Indonesia patut diklaim sebagai realitas bangsa yang pluralistis atau heterogen. Dalam kondisi pluralistik inilah setiap kita menenun dan merajut hidup bersama menuju peningkatan kualitas kehidupan lebih baik. Dan jalan terbaik untuk merajut hidup kita ke arah lebih baik itu yakni jalan budaya. Bingkai kebudayan ditaruh pada kesadaran tiap orang yang selalu berkepentingan untuk merajut hidup yang lebih baik dan mengusahakan jalan kebudayaan sebagai “in leading a good life‟ (Sutrisno: 2011, hal. 148). Di jalan budaya itulah kita Indonesia bisa bertahan hidup sebagai nation state di planet bumi yang sudah berusia 4 miliaran tahun ini.

Indonesia patut menerapkan filosofi multikulturalisme karena Indonesia sungguh kaya akan perbedaan. Indonesia berbeda dalam aspek etnis, budaya, agama dan ras. Ini semuanya terjadi karena negeri kita memiliki kondisi geografis, iklim dan lingkungan alam yang berbeda-beda. Jawa beda dengan Sumatera. Kalimantan beda dengan Sulawesi. Papua beda dengan Jawa. Flores beda dengan Sumatera. Timor beda dengan Bali dst. Semuanya ini memungkinkan suku-etnis di Indonesia berbeda dalam dimensi sosio-budaya (agama/spiritual, adat-tradisi, kebiasaan, pola pikir, pola perilaku dll). Multikulturalisme perlu terus disadari, dihayati dan diperjuangkan dalam praksis hidup harian meng-Indonesia menuju kebaikan bersama sebagai negara bangsa.

Dari apa yang sudah dipaparkan di atas, membuktikan bahwa Indonesia sangat membutuhkan pengamalan paham multikulturalisme karena sangat banyaknya keberagaman. Banyaknya suku-suku yang tersebar di ribuan pulau di Indonesia dengan berbagai agama, bahasa, budaya, dan kehidupan sosialnya adalah anugrah Tuhan yang harus kita syukuri dan kita jaga.

Walaupun demikian, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian kita bersama. Sebagai contoh belum terakomodirnya kepercayaan pada Ketuhanan atau religiositas identitas-identitas kultural etnik, religi-religi lokal karena secara formal agama yang diakui hanya 5: Islam; Kristen; Katolik dan Kristen Protestan; Hindu; Budha. Selain itu budaya materialisasi pada masyarakat yang semakin melekat yang menjadikan ekonomisasi dengan prinsip untung nomor satu serta politisasi kebenaran absolut identitas suatu kelompok adalah hal-hal yang menjadi tantangan kita bersama.  

Adanya beberapa hal tersebut yang menjadi pekerjaan rumah bersama bangsa Indonesia harus dihadapi dengan bijak, baik oleh masyarakat maupun pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun