Mohon tunggu...
Ahmad Turmuzi
Ahmad Turmuzi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Bekerja sebagai guru di satuan pendidikan dasar, sekarang sebagai Kepala Sekolah di SMP Negeri 4 Jerowaru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lilin 5 Watt

17 Desember 2011   04:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:09 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Istriku, jika engkau bumi

Akulah matahari

Aku menyinari   kamu

Kamu mengharapkan aku

Ingatlah bahtera yg kita kayuh

Begitu penuh riak gelombang

Aku tetap menyinari bumi hingga kadang bumipun silau

Lantas aku ingat satu hal
Bahwa Tuhan mencipta bukan hanya bumi
Ada planet lain yang juga mengharap aku sinari

Jadi..
Relakanlah aku menyinari planet lain, menebar sinarku

Menyampaikan faedah adanya aku, karena sudah kodrati
dan Tuhan pun tak marah...

Suamiku,
Bila kau memang mentari, sang surya penebar cahaya

Aku rela kau berikan sinarmu kepada segala planet yang  pernah TUHAN ciptakan

Karena mereka juga seperti aku butuh penyinaran dan akupun juga tak akan merasa kurang dengan pencahayaanmu

AKAN TETAPIIIIIIII……..

Bila kau hanya sejengkal lilin yang berkekuatan 5 watt,

jangan bermimpi menyinari planet lain!!!

Karena kamar kita yg kecil pun

belum sanggup kau terangi

Bercerminlah pada kaca di sudut kamar kita,

di tengah remang-remang

Pencahayaanmu yang tidak seberapa telah menguak mata

Coba liat siapa dirimu...

MENTARI atau lilin ?

PLIS  DEH AH.....!!!

Suranadi Lombok Barat, 17 Desember 2011

Maaf sebelumnya, puisi ini hanya merupakan tulisan instan yang dirumuskan di saat waktu luang sedang mengikuti pelatihan bersama teman-teman hari ini di Teratai Grand Resor Suranadi Lombok Barat. Mungkin puisi ini tidak memiliki kaedah penulisan yang benar, maklum saya tidak punya kemampuan dalam tulisan fiksi. Jadi kalau salah mohon dimaafkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun