Mohon tunggu...
Ahmad Tubagus Muhtafi
Ahmad Tubagus Muhtafi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bulu tangkis dan memancing

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Implementasi Pembelajaran Model Berbasis Proyek (CTL)

24 Juni 2024   12:30 Diperbarui: 24 Juni 2024   12:46 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Definisi Pembelajaran Kontekstual
"Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks) Adapun pengertian CTL menurut Tim Penulis Depdiknas adalah sebagai berikut: Pembelajaran Konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penelitian sebenarnya (authentic assessment)".

"Karweit mendefinisikan pembelajaran kontekstual sebagai pembelajaran yang dirancang untuk memungkinkan siswa menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah dengan cara yang mencerminkan sifat tugas seperti di dunia nyata. Demikian pula, penelitian mendukung efektivitas pembelajaran dalam konteks yang bermakna".
"Menurut Nurhad yang dikutip Rusman, pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang dapat membantu guru menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya dengan penerapannya. hidup sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat".
Resnick mengemukakan bahwa sekolah menekankan manipulasi simbol daripada konteks pembelajaran. Permasalahannya, menurut Resnick, simbol-simbol tersebut terputus dari rujukan sebenarnya karena tidak kontekstual, sehingga pembelajaran tidak relevan bagi siswa.

Dalam lingkungan pembelajaran CTL, siswa menemukan hubungan bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis dalam kehidupan nyata. Peserta didik menginternalisasikan konsep dengan menemukan, memperkuat dan mengembangkan hubungan. Pembelajaran kontekstual membangun tim, baik di kelas, laboratorium, tempat kerja atau di tempat lain. CTL mendorong guru yang tertarik untuk merancang lingkungan belajar yang menggabungkan beragam pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan.

"Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kontekstual belajar adalah perubahan tingkah laku secara terus-menerus dari masa bodoh menjadi tahu, dari kurang paham menjadi paham, dari keterampilan kurang terampil menjadi lebih terampil dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, dan hal ini bermanfaat bagi masyarakat, lingkungan dan individu itu sendiri. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. 

Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Siswa didorong untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana mencapainya. Dengan demikian mereka akan memposisikan dirinya sebagai pihak yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti".
Adapun terdapat karakteristik pembelajaran kontekstual Menurut Johnson dalam Nurhadi ada (8) komponen yang menjadi karakteristik dalam pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut :
"Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningfull connection). Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapatbekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapatbelajar sambil berbuat (learning by doing).
Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masayarakat.
Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning). Siswa melakukan kegiatan yang signifikan : ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produknya atau hasilnya yang sifatnya nyata.
 Bekerja sama (collaborating). Siswa dapat bekerja sama. Guru dan siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, guru membantu siswa memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan salingberkomunikasi.
Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif : dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Siswa memelihara pribadinya : mengetahui, memberi perhatian, memberi harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa.
Mencapai standar yang tinggi (reaching high standard). 

Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi : mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut "excellence".
Menggunakan penilain autentik (using authentic assessment). Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna. Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari untuk dipublikasikan dalam kehidupan nyata".

Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
"Pembelajaran  kontekstual  dipe-ngaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang dikemukakan oleh Mark Baldwin dan  disempurnakan oleh Jean Piaget dan Vgotsky. Menurut aliran ini bahwa belajar   bukanlah   sekedar   menghafal, tetapi  proses mengkonstruksi pengeta-huan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah  hasil  pemberian  dari  orang lain  seperti  guru,  melainkan  hasil  dari proses  merekonstruksi  yang  dilakukan setiap individu".
"Konstruktivisme  menurut Bru-ning dalam  Schunk adalah perspektif psikologi dan filosofis yang memandang  bahwa  masing-masing  in-dividu  membentuk  atau  membangun sebagian  besar  dari  apa  yang  mereka pelajari  dan  pahami.  Menurut  Schunk Konstruktivisme  adalah  sebuah  episte-mologi atau penjelasan filosofis tentang sifat pembelajaran, dan aliran ini meno-lak   gagasan   bahwa   pengetahuan   itu didapat  dari  menunggu,  pengetahuan tidak  diatur  dari  orang  lain  melainkan terbentuk   dari   pencarian   dalam   diri".

Berdasarkan  konsep  dasar  pembelajaran  di  atas  maka  ada  tiga  hal  yang harus   dipahami   dalam   pembelajaran kontekstual:
"Pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses  keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan kepada  proses  pengalaman  secara langsung.  Proses  belajar  tidak  ha-nya mengharapkan siswa menerima pelajaran,  tetapi  juga  proses  men-cari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Pembelajaran  kontekstual  mendorong. orang siswa dapat menemukan hubu-ngan  antara  materi  yang  dipelajari dengan   situasi   kehidupan   nyata, artinya  siswa  dituntut  untuk  dapat menangkap  hubungan  antara  pen-galaman  belajar  di  sekolah  dengan kehidupan  nyata. 

Hal  ini  penting, karena dengan dapat mengkorelasi-kan materi yang ditemukan dengan kehidupan  nyata,  maka  materi  itu tidak  hanya  bermakna  secara  fung-sional, melainkan juga tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak mudah untuk dilupakan.
Pembelajaran   kontekstual   mendorong. orang  siswa  dapat  menerapkan  dalam  kehidupan,  artinya  siswa  tidak hanya  diharapkan  dapat  memaha- mi  materi  yang  dipelajarinya,  akan tetapi  bagaimana  materi  pelajaran itu  dapat  mewarnai  prilakunya  da-lam  kehidupan  sehari-hari.  Materi pelajaran tidak ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi se-bagai  bekal  mereka  dalam  menga-rungi  kehidupan  nyata".
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh asas (komponen). Asas-asas inilah yang melandasi pelaksanaan pembelajarann kontekstual (CTL), yaitu:
"Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang didasari premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, siswa membangun, mengkonstruksi pemahaman dan pengetahuan tentang dunia tempat mereka hidup. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek tersebut. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya.
Inkuiri berarti proses pembelajaran didasarkan pada pencaraian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. 

Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya.
Bertanya (Questioning). Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. 

Dalam pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, melainkan memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaanpertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
Masyarakat Belajar (learning community). Konsep masyarakat belajar (learning community) ialah hasil pembelajaran yang diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Guru dalam pembelajaran kontekstual (CTL) selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun