Generasi Alpha adalah mereka yang lahir setelah Generasi Z, yakni tahun 2010 hingga 2024 akhir. Mereka lahir di era kemajuan teknologi sehingga tidak terlepas dari digitalisasi. Berbeda dengan generasi sebelumnya, Generasi Alpha tumbuh lebih cepat dengan teknologi, seperti ponsel, komputer, tablet, dan perangkat lainnya. Hal ini membuat mereka terbiasa berseluncur di dunia digital sejak dini. Oleh karena itu, mereka dapat dengan mudah mengakses informasi dari mana pun dan kapan pun. Namun, bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki sumber daya untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi?
Dalam mengikuti perkembangan inovasi teknologi digital, seseorang memerlukan sumber daya yang mencakup kemampuan daya beli, yaitu ketersediaan uang untuk membeli perangkat yang mendukung akses terhadap teknologi terbaru. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak Generasi Alpha yang datang dari keluarga berpenghasilan rendah sehingga cukup kesulitan untuk memanfaatkan inovasi teknologi digital. Hal ini menimbulkan kesenjangan di antara mereka dalam mengikuti perkembangan inovasi teknologi digital.
Saat ini, banyak hal esensial yang telah memanfaatkaan inovasi teknologi digital, salah satunya dalam dunia pendidikan. Penggunaan perangkat digital seperti tablet dan laptop telah diintegrasikan dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, bagi mereka yang datang dari keluarga berpenghasilan rendah serta kesulitan untuk memiliki perangkat digital, berarti kehilangan kesempatan untuk belajar dengan cara yang lebih efektif. Pada akhirnya, kondisi tersebut menimbulkan ketidaksempurnaan dalam pemanfaatan inovasi teknologi digital di kalangan Generasi Alpha. Kemudian, apabila kondisi tersebut ditinjau secara makro, ketidaksempurnaan dalam pemanfaatan inovasi teknologi digital oleh Generasi Alpha dapat memengaruhi cita-cita "Indonesia Emas 2045".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H