Jember, 10 November 2024 -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) beberapa hari lalu sempat mengalami penguatan dalam perdagangan pasar uang pada Jumat (8/11/2024). Penguatan ini merupakan sebuah tren positif yang dimulai sejak The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan mereka sebesar 25 basis poin belakangan ini. Diketahui, berdasarkan data yang dirilis oleh Bloomberg, bertepatan dengan pemangkasan suku bunga the fed, rupiah tercatat menguat 0,71% atau naik 112 poin, berada di level Rp 15.628 per dolar AS. Berdasarkan pada penutupan perdagangan sebelumnya, rupiah juga sempat mencatatkan apresiasi 0,58%, di angka Rp 15.740 per dolar AS, meskipun indeks dolar AS menguat sebesar 0,15% dan tercatat pada level 104,37. Hal ini mengindikasikan prospek positif rupiah kedepannya di tengah fluktuasi ekonomi global.
Baru-baru ini, penurunan suku bunga oleh The Fed telah memangkas ekspektasi pasar terhadap kemungkinan kenaikan lebih lanjut, yang memberikan ruang bagi negara-negara berkembang, khususnya Indonesia dalam memperkuat mata uang mereka. Penguatan rupiah ini mengindikasikan adanya perbaikan sentimen pasar terhadap kondisi ekonomi domestik, yang turut didorong oleh persepsi positif investor terhadap stabilitas makroekonomi Indonesia. Hal ini berpotensi meningkatkan aliran modal asing ke Indonesia, mendukung likuiditas di pasar finansial, dan memperkuat posisi rupiah dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Di sisi lain, meskipun penguatan rupiah memberi dampak positif terhadap stabilitas ekonomi Indonesia, fluktuasi pasar global, termasuk harga komoditas dan ketegangan geopolitik, tetap perlu diwaspadai sebagai faktor yang dapat mempengaruhi prospek nilai tukar rupiah ke depannya.
Di samping faktor eksternal, penguatan nilai tukar rupiah juga di pengaruhi oleh proyeksi positif terhadap perekonomian Indonesia, yang menjadi salah satu faktor yang turut mendukung penguatan rupiah. Bank Indonesia (BI) telah mencatatkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2024 sebesar USD 151,2 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2024 yang tercatat sebesar USD 149,9 miliar. Peningkatan cadangan devisa ini memberikan keyakinan kepada pasar akan kemampuan Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonomi dan menghadapi ketidakpastian global. BI menilai cadangan devisa yang mencatatkan angka positif ini mampu mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Dengan cadangan devisa yang cukup besar, Indonesia memiliki fleksibilitas untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing jika diperlukan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Di sisi lain, prospek ekspor Indonesia yang tetap positif juga turut memperkuat posisi rupiah. Neraca perdagangan Indonesia pada bulan-bulan terakhir tercatat mengalami surplus, yang didorong oleh permintaan global terhadap komoditas utama Indonesia, seperti minyak sawit, batu bara, dan gas alam. Hal ini turut mendukung masuknya devisa ke Indonesia, memberikan kontribusi positif terhadap stabilitas nilai tukar rupiah. Bank Indonesia juga mengindikasikan bahwa neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan tetap mencatatkan surplus. Investor asing semakin tertarik dengan imbal hasil investasi di Indonesia yang tetap menarik, baik dari sektor obligasi maupun saham. Persepsi positif ini meningkatkan arus investasi asing yang turut memperkuat posisi rupiah.
Bagaimana prospek rupiah kedepan?
Meskipun ada sejumlah indikasi positif terhadap prospek nilai tukar rupiah, pasar valuta asing tetap harus mewaspadai sejumlah faktor eksternal yang dapat mempengaruhi stabilitas mata uang Indonesia. Salah satu faktor utama adalah volatilitas harga komoditas global, yang sangat berpengaruh pada perekonomian Indonesia yang bergantung pada ekspor komoditas. Misalnya, harga minyak dunia yang fluktuatif dapat memberikan tekanan pada defisit transaksi berjalan Indonesia, terutama jika harga energi melonjak tajam. Selain itu, ketegangan geopolitik, seperti ketidakpastian hubungan internasional atau ketegangan di kawasan-kawasan penting, dapat meningkatkan volatilitas pasar dan mengancam stabilitas nilai tukar rupiah. Walaupun The Fed telah memangkas suku bunga, ketegangan politik dan kebijakan fiskal di Amerika Serikat juga dapat mempengaruhi kondisi ekonomi global secara keseluruhan, yang pada gilirannya berpotensi memberi dampak negatif pada perekonomian Indonesia, baik melalui arus investasi maupun fluktuasi pasar finansial global.
Meski berbagai tantangan global tetap membayangi, seperti ketidakpastian ekonomi dan gejolak pasar internasional, prospek nilai tukar rupiah pada tahun 2024 diperkirakan tetap terjaga. Salah satu faktor pendukung utama adalah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) yang lebih longgar, yakni dengan menurunkan suku bunga acuan, yang memberikan ruang bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk memperkuat mata uang mereka. Selain itu, peningkatan cadangan devisa Indonesia yang tercatat pada angka yang sehat juga memberikan dampak positif terhadap stabilitas rupiah. Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan terus menjaga kebijakan moneter yang hati-hati, dengan fokus pada pengendalian inflasi dan kestabilan nilai tukar rupiah, sembari mengantisipasi kemungkinan risiko global yang dapat memengaruhi perekonomian domestik.
Kinerja ekspor Indonesia yang tetap stabil menjadi salah satu faktor penting yang mendukung penguatan rupiah. Permintaan global yang terus tinggi terhadap komoditas utama Indonesia, seperti batu bara, minyak kelapa sawit, dan gas alam, membantu memperkuat posisi rupiah dengan meningkatkan pemasukan devisa negara. Selain itu, arus investasi asing yang terus mengalir ke Indonesia juga memberikan kontribusi signifikan terhadap kestabilan ekonomi, karena membantu memperkuat likuiditas di pasar dan mendukung pertumbuhan sektor-sektor penting. Dalam konteks ini, meskipun ketidakpastian eksternal, seperti fluktuasi harga komoditas atau ketegangan geopolitik, tetap ada, faktor domestik Indonesia yang solid akan menjadi penyangga utama bagi kestabilan rupiah. Cadangan devisa yang cukup dan kebijakan moneter yang hati-hati dari Bank Indonesia, yang menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi, akan membantu Indonesia menghadapi dinamika ekonomi global pada 2024. Dengan demikian, prospek nilai tukar rupiah tetap positif meski ada tantangan di luar negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H