Mohon tunggu...
Ahmad Taqiyuddin Anwari
Ahmad Taqiyuddin Anwari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam | Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Editor | Musik | Healing | Videografer | Fotografer | Ngopi | Makan Martabak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahbub Sang Pendekar Pena Betawi

3 Februari 2025   15:20 Diperbarui: 3 Februari 2025   15:18 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Dok. Google

Mahbub Djunaidi, lahir di Jakarta pada tanggal 27 Juli 1933 M / 3 Rabiul Akhir 1352 H. Ia dikenal sebagai tokoh pers, politisi, kolumnis, dan agamawan, meskipun lebih terkenal dalam kapasitasnya sebagai penulis daripada sebagai sastrawan. Dia juga dikenal sebagai seorang Nahdliyin alias bagian dari NU (Nahdlatul Ulama).

Mahbub Djunaidi lahir dari keluarga yang aktif dibidang politik. Ia adalah anak pertama dari 13 bersaudara, pasangan dari H. Djunaidi dan ibu Muchsinati. Ayahnya merupakan tokoh NU yang pernah menjadi anggota DPR hasil pemilu tahun 1955. Ayahnya juga sebagai kepala biro peradilan pada Kementerian Agama yang setiap awal bulan Ramadhan dan malam Idul Fitri mengumumkan hasil ru'yah melalui radio.

Saat duduk di bangku SMP, Kebiasaan menulis telah Mahbub lakukan. Bahkan di masa itu, cerpennya yang berjudul "Tanah Mati" dipublikasikan oleh Kisah, sebuah majalah kumpulan cerita pendek bermutu, disertai penilaian dan komentar oleh pengelolanya yakni HB (Hans Bague) Jassin, sang legendaris paus sastra Indonesia. HB Jassin sangat kagum dengan tulisan Mahbub muda. Menurutnya, Mahbub mampu memandang persoalan dari seginya yang kocak. Elaborasi antara humor dan satire (cemooh kocak) disertai dengan unsur kritik. Gaya tulisannya ringan dan menyenangkan, seolah-olah main-main, tetapi persoalan serius yang diangkat. Keberaniannya menyuarakan kebenaran dan membela rakyat kecil tak perlu diragukan. Sampai-sampai ia dijuluki "Si Burung Parkit di Kandang Macan". Ia banyak menulis, memberi perhatian dan pembelaan kepada kaum miskin.

Di dunia sastra, Mahbub sangat menyenangi sastra Rusia karena dalam penilaiannya, sastrawan Rusia banyak melahirkan karya sastra yang berat dengan kritik tajam dan dituturkan secara satire (penyampaian kritik dengan cara menghibur). Humor-humor kecil menjadikan kritik-kritik tersebut terkesan lucu. Pandangan dan kesukaannya inilah yang banyak memengaruhinya untuk membuat tulisan yang mengandung humor tinggi.

Mahbub pernah memimpin sejumlah media masa, menulis dan menerjemahkan puluhan buku. Ia juga dikenal sebagai wartawan yang gigih, bekerja keras dan konsisten untuk sejauh mungkin memelihara kewartawanan serta organisasi wartawan sebagai profesi dan organisasi yang mandiri. Sejak menjadi wartawan, ia memiliki rutinitas setiap hari menyelesaikan tulisan tajuk rencana koran dalam waktu relatif cepat, sekitar 1-2 jam. Kadang dibuatnya satu, kadang dua buah sekaligus. Itu dilakukannya sendiri, selama bertahun-tahun.

Ia pernah menulis rubrik Asal-Usul di koran harian Kompas, sejak 23 November 1986 rutin setiap Minggu. Rubrik ini mensyaratkan tulisan yang sangat ketat. Tulisan-tulisannya dipaparkan secara ringan dan lebih menekankan pada sisi humornya. Rintangan tulisan yang penuh syarat ini dapat di tempuh oleh Mahbub. Selama 9 tahun menulis rubrik, ia telah menulis sebanyak 236 buah tulisan. Kenapa ia bisa memenuhi syarat tulisan yang relatif sulit ini? karena dalam dirinya sudah ada tiga ciri menonjol yaitu politikus, wartawan dan humoris.

Bung Karno pun takjub kepadanya dan tulisan-tulisan nya. salah satu tulisannya di harian Duta Masyarakat, Mahbub mengemukakan pendapatnya bahwa Pancasila mempunyai kedudukan lebih sublim dibanding Declaration of Independence susunan Thomas Jefferson yang menjadi pernyataan kemerdekaan Amerika Serikat pada tanggal 4 Juli 1776, maupun dengan Manifesto Komunis yang disusun oleh Karl Marx dan Friedrich Engels tahun 1847.

Di luar kegiatan tulis menulis, Mahbub juga pernah bergabung dengan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) pada saat masih duduk di bangku SMA. Pada tahun 1960, ia terpilih menjadi ketua umum PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Selama menjadi ketua umum PMII, Mahbub berusaha dengan sungguh-sungguh menjadikan PMII sebagai wadah pembentukan kader, sebagaimana diamanahkan kepadanya pada Musyawarah NU seluruh Indonesia. Salah satu cara membentuk jiwa dan menempa semangat kader adalah melalui lagu-lagu, khususnya lagu mars organisasi. Dia sendiri menyusun lirik lagu mars PMII, lagu yang dinyanyikan pada setiap kesempatan dan pada saat akan memulai acara penting PMII, hingga sekarang.

Setelah aktif sebagai ketua Umum PMII, pada tahun 1970 Mahbub diminta membantu pengembangan Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor). Ia sempat duduk sebagai seorang ketua pucuk pimpinan organisasi kader NU untuk kalangan pemuda. Untuk organisasi ini pula, Mahbub menulis lirik lagu marsnya yang tetap digunakan hingga sekarang. Pada tahun 1977-1982, Ia juga pernah mewakili NU menjadi anggota DPR-GR/MPRS. Pada tahun 1984-1989 Mahbub pernah duduk sebagai salah seorang wakil ketua PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama). 

Dikutip dari laman NU Online yang berjudul "Surat Lebaran H. Mahbub Djunaidi dari Penjara", menjelaskan sekitar waktu pemilu (tahun 1977) sebagai salah seorang politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP), ia aktif keluar-masuk kampus memenuhi undangan mahasiswa untuk memberikan ceramah dan menyampaikan makalah. Mungkin akibat kegiatannya itu, Mahbub ditahan pihak yang berwajib selama hampir setahun. Perjuangan Mahbub tidak hanya sampai situ. Bahkan, di dalam penjara di Nirbaya, ia menyelesaikan sebuah novel, Angin Musim, yang membidik politik Indonesia dari sudut pandang seekor kucing.  

Sejak penahanan itu, Mahbub tidak pernah sehat sepenuhnya lagi. Kesehatannya mulai menurun, setelah lama ditahan di Rumah Tahanan Nirbaya, ia pun dipindahkan ke Rumah Sakit Gatot Subroto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun