Mohon tunggu...
Ahmad Syam
Ahmad Syam Mohon Tunggu... wiraswasta -

...jalan sunyi...\r\n\r\nwww.ahmad-syam.blogspot.com\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eksotisme Alam dan Kopi Terbaik Menyatu di Desa Tanpa Rokok

21 November 2013   11:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:51 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini adalah catatan perjalanan saya ke satu desa yang menurut banyak orang merupakan desa bebas rokok pertama di dunia. Ya, saya mengunjungi Desa Bone Bone pada tahun 2010 lalu. Inilah sepenggal kisah dari perjalanan itu:

[caption id="attachment_279355" align="aligncenter" width="614" caption="Temukan segarnya udara di Bone Bone (Foto: AS)"][/caption]

Siang yang cerah. Langit di atas Desa Bone Bone, Enrekang, Sulawesi Selatan terlihat begitu biru. Angin sejuk berhembus dari pegunungan dan hutan pinus yang mengelilingi desa yang persis berada di kaki Gunung Latimojong. Letak desa berada di ketinggian 1.300-1.500 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah kurang lebih 20,16 kilometer persegi. Jarak dari ibukota kabupaten, Kota Enrekang, 56 kilometer dan jarak dari ibukota Sulawesi Selatan, Kota Makassar, sekitar 292 kilometer.

Perjalanan Makassar-Enrekang dengan waktu tempuh sekitar tujuh jam memang melelahkan. Namun, rasa lelah langsung terbayar tunai dalam perjalanan kurang lebih satu setengah jam dari Kota Enrekang ke Desa Bone Bone. Pasalnya, saya disuguhi pemandangan alam yang luar biasa. Mulai dari gunung karst-gunung karst yang menjulang megah, sungai-sungai yang meliuk, hingga hamparan sawah yang berundak-undak. Apalagi begitu sampai di Desa Bone Bone saya tidak hanya disambut udara pegunungan yang segar, tetapi juga disapa dalam kehangatan yang begitu intim oleh warga desa yang sedang menggelar pertemuan.

Sesekali terdengar tawa dan canda dari sekitar 30 warga desa yang mengikuti pertemuan perencanaan program desa. Pertemuan digelar di kantor desa, bangunan yang dulunya rumah panggung yang kemudian disulap jadi kantor. Kepala Desa Bone Bone, Muhammad Idris, memimpin pertemuan. Karena ruangan pertemuan tidak begitu luas, sebagian warga duduk di tangga dan kolong kantor.

Tidak terlihat seorang pun warga yang merokok meski cuaca agak dingin dan juga tersuguh kopi panas jenis arabika typica, kopi khas Bone Bone yang pernah meraih peringkat pertama pemilihan kopi tingkat nasional pada tahun 2008 lalu. Di Bone Bone memang tidak berlaku cuaca dingin dan segelas kopi harus ditemani sebatang rokok.

[caption id="attachment_279357" align="aligncenter" width="300" caption="Slrup kopinya.... (Foto: AS)"]

138500918272762393
138500918272762393
[/caption]

Delapan tahun terakhir semua warga di Desa Bone Bone berhenti merokok karena desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan Baraka tersebut menjadi Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Inisiator KTR di desa berpenduduk kurang lebih 800 jiwa tersebut tidak lain sang kepala desa.

Idris memulai kampanye anti rokok di desanya pada tahun 2001. Hal yang menguatkan tekadnya adalah fenomena yang berlangsung di Bone Bone saat itu. Fenomena tersebut antara lain: pertama, sebagian warga desa mulai menderita penyakit kankerparu-paru; kedua, kebiasaan merokok bukan hanya menjadi kebiasaan para orang dewasa tetapi juga mulai digemari anak-anak yang baru berumur delapan tahun;ketiga, ekonomi keluarga terganggu karena pengeluaran lebih banyak untuk membeli rokok; dan keempat, anak-anak yang orangtuanya merokok tidak maksimal dalam sekolah karena uang untuk membeli buku digunakan membeli rokok.

Banyak rintangan yang menghadang pria lulusan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alaudin (sekarang Universitas Islam Negeri (UIN), Makassar) tersebut dalam mewujudkan impiannya. Namun perlahan rintangan itu dapat dia atasi. Pola pendekatan dengan menggunakan cara-cara persuasif dalam mengajak warganya berhenti merokok yang membuatnya berhasil. Misalnya, melakukan pendekatan kepada para tetua desa dan menjelaskan bahaya merokok bagi kesehatan. Selain itu dia juga mengajak warga desa tidak membiasakan menyediakan rokok pada setiap hajatan.

Akhirnya, upaya Idris selama empat tahun membuahkan hasil pada tahun 2005. Ajakan pria yang juga pernah bekerja di Malaysia sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) ituditerima seluruh warga. Tetapi di awal-awal penerapan larangan merokok di Bone Bone berlangsung bertahap. Mulai dari larangan merokok kecuali di dalam rumah; kemudian tidak boleh sama sekali merokok di dalam lingkungan desa (kalau mau merokok harus di luar wilayah desa; hingga larangan berjualan rokok dan membawa rokok ke dalam wilayah desa. Bagi yang melanggar tersedia hukuman berupa wajib membersihkan rumah ibadah dan fasilitas umum lainnya di desa.

Dalam perkembangannya, Desa Bone Bone tidak sekedar desa bebas rokok tetapi menjelma menjadi desa sehat. Pengembangan menjadi desa sehat antara lain; calon pengantin wajib menanam lima batang pohon untuk mendapatkan surat pengantar dari desa; tidak boleh membawa/memasukkan makanan yang mengandung bahan pengawet dan zat pewarna ke dalam wilayah desa (bagi yang melanggar akan diminta memasak bubur kacang hijau lalu dibagikan kepada anak-anak); dan juga tidak boleh membawa ayam potong/ayam ras (ayam suntik) ke dalam wilayah desa.

Keberadaan Bone Bone sebagai desa bebas rokok pertama di Indonesia dan dunia, serta sebagai desa sehat mengundang perhatian banyak pihak. Kunjungan berbagai kalangan di desa yang tidak saja indah tetapi menyuguhkan pemandangan alam yang eksotis ini terus berdatangan. Mulai dari turis mancanegara hingga lembaga-lembaga donor internasional.

[caption id="attachment_279360" align="aligncenter" width="614" caption="Baliho raksasa menyambut sesaat sebelum masuk ke Bone Bone. Sebelumnya, Bone Bone adalah dusun dan promosi menjadi desa tahun 2009 (Foto: AS)"]

1385009360585628835
1385009360585628835
[/caption]

Apresiasi untuk Bone Bone

Pemerintah Daerah Enrekang akhirnya mengembangkan desa ini sebagai destinasi ekowisata. Jalan menuju ke desa yang awalnya masih pengerasan sekarang sudah jalan beton. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) pun didirikan dan ditempatkan satu bidan desa guna semakin meningkatkan derajat kesehatan warga desa.

Pemerintah pusat juga tidak ketinggalan memberi apresiasi pada Desa Bone Bone dan kepala desanya, Muhammad Idris. Bentuk-bentuk apresiasi tersebut antara lain: 1) Kepala Desa Bone Bone diundang menyampaikan presentasi dalam rangka Hari Tanpa Rokok 2007 yang diadakan WHO di Jakarta; 2) Kepala Desa Bone Bone diundang dalam kegiatan seminar tentang KTR 2009 di Jakarta; dan 3) Kepala Desa menerima PIN Emas dari Menteri Kesehatan RI pada acara Konferensi Promosi Kesehatan V 2009 di Bandung.

Tahun berikutnya, 2010, berturut-turut Desa Bone Bone menerima penghargaan dari dua lembaga berbeda. Pertama dari The Fajar Institute of Pro Otonomi (FIPO) pada Malam Anugerah Otonomi Awards yang diadakan di Makassar. KTR di Bone Bone dinilai sebagai program paling inspiratif yang dijalankan di daerah. Kedua dari Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) dalam acara Forum KTI yang diselenggarakan di Ambon. Kepala Desa Bone Bone diundang sebagai satu dari enam yang membawakan presentasi. Apresiasi untuk Bone Bone yang terbaru yakni terpilih sebagai juara pertama Perlombaan Desa Tingkat Nasional 2012.

Apa pun bentuk apresiasi untuk Bone Bone, semuanya sangat pantas. Bone Bone adalah kebanggaan Indonesia bukan hanya karena merupakan satu-satunya desa di dunia yang bebas asap rokok, tetapi juga karena keindahan alamnya, kesegaran udaranya, dan keramahan orang-orangnya.

[caption id="attachment_279361" align="aligncenter" width="614" caption="Rangkaian gunung karst menarik perhatian dalam perjalanan ke Bone Bone (Foto: AS)"]

13850094792094453737
13850094792094453737
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun