Mohon tunggu...
ahmad syakib
ahmad syakib Mohon Tunggu... -

anak muda yang suka membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Piala Dunia dan Hilangnya Tanah Lapang

14 Juni 2010   05:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:33 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Masih inget film Garuda di Dadaku? Film yang mengisahkan seorang anak bernama bayu meraih impiannya menjadi pemain sepakbola profeional dan mengharumkan nama Indonesia. Dalam salah satu adegannya ada dimana bayu kesulitan mencari tanah lapang yang akan di gunakan sebagai tempat untuk melatih skillnya dalam rangka menghadapi seleksi pemain nasional di bawah umur 13 tahun. Hingga ia menggunakan lahan pekuburan sebagai lokasi untuk melatih skillny, jelas ini bukan tempat dan lokasi yang bagus untuk berlatih.

Banyak tanh lapang yang dulunya menjadi lokasi anak-anak bermain sepakbola secara ramai-rami kini telah berubah wajah. Ada yang jadi gedung pertokoan, perumahan bahkan ada yang tetap di biarkan kosong namun di beri pagar rapat hingga tanah kosong itu tidak berguna.

Maka anak-anak itu tidak mudah lagi menyepak bola dengan kaki-kaki kecilnya. Kini mereka hanya bisa memainkan sepakbola diatas jalan-jalan setapak depan rumah atau lapangan bulutangkis dan lainnya. Ya seperti yang iwan falas pernah senandungkan dalam lagu berjudul mereka ada dijalan, ‘tanah lapang kini menjadi barang yang mahal’.

Sekarang permainan sepakbola beralih dari dunia nyata ke dunia maya. Banyak anak-anak yang menghabiskan waktu untuk bermain game bola di rental Playstation. Sedang bagi mereka yang beruntung bisa berpatungan dengan kawan-kawan lainnya dan menyewa lapangan futsal. Ya lagi-lagi saya teringat syair lagu iwan fals, ‘sepakbola menjadi barang yang mahal’.

Ketiadaan ruang publik sebagai tempat anak-anak mengeluarkan bakat alamnya pastinya menjadi masalah bagi proses pengembangan bakat mereka. Anak-anak kehilangan tempat untuk mengeluarkan ekpsresi mereka, sehingga bakat yang miliki terpendam dan tidak keluar.

Masalah ini pastinya akan menjadi masalah dalam proses pembibitan dan kaderisasi pemain-pemain sepakbola di negeri ini. memang banyak yang bisa masuk ke Sekolah sepakbola, namun di tengah kehidupan mayoritas masyrakat yang masih kesulitan untuk memenuhi pendidikan dasar umumnya, masuk ke sekolah sepakbola yang membutuhkan biaya ekstra pastinya akan menjadi pilihan yang kesekian.

Ingat, menjamurnya sekolah sepakbola tidak menjamin akan banyaknya proses kaderisasi. Banyak anak-anak yang memiliki skil dan bakat dari jalanan. Film garuda di dadaku mencoba realitas itu. Dimana seorang anak bernama bayu bisa mengalahkan mereka yang telah menempa ilmu di sekolah sepakbola profesional.

Tiada kaderisasi pastinta juga akan meniadakan prestasi makanya sorang jenderal Naga Bonar berkata, “bagaimana bangsa ini bisa juara sepakbola, kalau tanah lapang untuk bermain bola saja tak ada”. Ya, hilangnya tanah lapang akan membuat manusia kehilangan interkasi antar sesama. Permainan sepakbola tidak hanya urusan menendang, menyundul dan mengejar bola saja, namun disana juga tempat manusia saling bertemu dan berkumpu. Awalnya tidak saling kenal namun lama-kelamaan kita akan saling mengenal dan bisa jadi awalnya lawan di lapangan diluar lapangan kita akan mendapat kawan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun