Darmawijaya dalam ejaan lama Darmawidjaja, seorang wartawan, guru sekaligus sastrawan. Sebagai seorang sastrawan ia pernah bekerja di majalah kebudayaan era revolusi kemerdekaan, Majalah Poedjangga Baroe. Karirnya sebagai pengarang dilanjutkan di Penerbit Balai Pustaka. Sedangkan aktivitas keguruan ia lakoni di Perguruan Taman Siswa Jakarta. Sedangkan karir jurnalisnya ia tekuni di Harian Asia Raya.
Di kalangan awam, Darmawijawa tidak sepopuler pujangga ternama seperti Chairil Anwar, Amir Hamzah, HB Jassin, Sutan Takdir Ali Syahbana dan yang lainnya. Meski tidak setenar pujangga tersebut, sosok Darmawijaya memiliki kedekatan hati dan historis dengan masyarakat Bekasi.
Setiap kali kita berbicara sejarah Bekasi, puisi Darmawijaya wajib kita kutip. Pujangga kelahiran Tanjungkarang 10 Oktober 1910 ini mengabarkan kondisi Bekasi ketika aksi pembebasan tentara sekutu yang ditawan pejuang Bekasi. Lewat puisi berujudul “Kami Membangun, Pembakaran Bekasi” Darmawijaya memberikan gambaran kepada kita tentang luluh lantaknya Bekasi akibat dibakar tentara NICA.
Pembakaran Bekasi terjadi ketika pejuang rakyat dan pemuda menahan penumpang dan awak pesawat Dakota Inggris yang membawa 26 orang. Pasukan NICA itu ditahan di Markas TKR Batalyon V Bekasi. Setelah tiga hari pelucutan, tentara NICA itu dieksekusi mati.
Hal tersebut membuat pasukan Inggris di Jakarta berang. Pada 29 Nopember 1945 Inggris mengerahkan pasukan infantri dan artileri menyerbu Bekasi. Sementara pejuang Bekasi sudah bersiap diri menyambut kehadiran pasukan NICA. Dengan dibekali beberapa pucuk senapan dan lebih banyak mempersenjatai diri dengan bambu runcing, golok, panah serta tombak, pejuang rakyat Bekasi mampu menghalau tentara NICA tersebut.
Tidak terima dengan kekalahan tersebut, tentara Inggris mengirim pasukan lebih besar. Serangan besar-besaran pun dirancang untuk memukul pasukan rakyat Bekasi. Kali ini Inggris mengirim satu batalyon infrantri, artileri, puluhan kendaraan lapis baja dan tak ketinggalan pesawat.
Mendengar kabar tersebut, pasukan rakyat Bekasi berpencar dan meninggalkan pusat kota. Ketika memasuki Bekasi, tentara NICA tidak menemui pasukan rakyat. Pasukan NICA yang kalap itu pun membombardir Bekasi. Rumah-rumah warga dibakar. Hitam pekat menyelimuti Bekasi.
Oleh Darmawijaya mengingatkan kita terhadap kisah pilu itu lewat bait-bait puisi yang berjudul “Kami Membangun, Pembakaran Bekasi”.
Pembakaran Bekasi
Simpang-Siur berkaparan
Hitam-Hangus rupa runtuhan
Bau darah campur mesiu
Suasana lemas merawan-mesra
Berganti hati haru-gembira
Membenam benih di tengah gurun
……………..
Ini sepenggal cerita patriotik rakyat dan pemuda Bekasi. Semoga sepenggal cerita patriotik ini membangunkan kembali jiwa-jiwa patriotik pemuda Bekasi. Selamat Hari Pahlawan. Jadilah patriot-patriot masa kini. Bermanfaat untuk sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H