Kemerdekaan adalah karunia terbesar dari Allah SWT. Ini merupakan nikmat yang paling hakiki. Ketika manusia terbebas dari penghambaan atas sesama manusia. Peradaban paling hina ketika sesama manusia saling menghambakan.
Kita sudah melewati fase itu, kita telah menikmati alam kebebasan. Bebas dalam menentukan arah dan masa depan sendiri sebagai bangsa dan negara yang berdaulat. Tentu kita patut bersyukur atas nikmat Allah SWT tersebut.
Oleh para pendiri bangsa ini, menyadari dengan kesadaran tauhid jika kemerdekaan ini adalah nikmat dan karunia dari Allah SWT. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terukir indah; "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya."
Sebagai bangsa yang telah merasakan nikmat sebuah kemerdekaan, kita berharap bangsa-bangsa yang belum merdeka hingga sekarang agar segera meraih kemerdekaan. Kita tau, Palestina, Bangsa yang sejak dini mengakui kemerdekaan Indonesia, hingga sekarang belum menikmati kemerdekaan.
Sudah kewajiban bagi kita untuk mendorong membebaskan Negara mana pun untuk merdeka. Karena itu adalah amanat dari para founding fathers sebagaimana mereka wasiatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.
“Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan”.
Kemerdekaan sudah diperjuangkan dengan darah dan air mata oleh para pendiri bangsa ini. Kini, tugas dan tanggung jawab terbentang dihadapan kita. Kewajiban untuk merawat nikmat kemerdekaan ini.
Dengan apa kita merawat amanat kemerdekaan ini?
Bila merujuk pada konstitusi, merawat kemerdekaan ini dengan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Ini adalah tugas dan amanat yang dituntut oleh para pendiri bangsa ini dari kita sebagai pewaris negeri. Bukan pekerjaan yang mudah. Bukan pula hal yang mustahil.
Bila para pendahulu kita sukses mewujudkan impian besar bernama kemerdekaan, bukan tak mungkin kita juga bisa mewujudkan cita-cita kemerdekaan; memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pada masa itu, ‘kemerdekaan’, kata yang utopis. Apalagi adanya sikap sinis dari sebagian anak negeri atas cita-cita itu. Namun sinisme itu musnah tatkala datangnya fajar kemerdekaan.
Pun dengan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial suatu yang utopis bagi mereka yang statis dan sinis.
Yang kita butuhkan saat ini adalah modal sosial yang dimiliki para pejuang kemerdekaan ketika mereka mendirikan negeri ini. Modal sosial itu berbentuk kebersamaan, etos kerja, pengorbanan dan optimisme.
Untuk merawat kemerdekaan ini kita butuh modal sosial yang kuat berupa kebersamaan, etos kerja, pengorbanan dan optimisme.
Nah, untuk kita warga Kota Bekasi, spirit kebersamaan, etos kerja, pengorbanan dan optimisme sangat diperlukan untuk memajukan dan mensejahterakan kota yang kita cintai ini.
Tak akan sulit, untuk mewujudkan visi Maju, Sejahtera dan Ihsan bila spirit kebersamaan, etos kerja, pengorbanan dan optimisme ini tertanam dalam setiap nurani warga Kota Bekasi.
Dirgahayu Negeriku. Cinta tulus padamu bumi pertiwi. Ijinkan kami merawat kemerdekaan ini dengan amal terbaik kami. Bangga Jadi Indonesia. Merdeka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H