Seminggu sebelum peringatan hari anak nasional tingkat Kota Bekasi 2015, Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) merilis data kekerasan anak per Juni tahun ini.
Ada kabar menggembirakan kita semua, terjadi penurunan kasus kekerasan pada anak dari Januari hingga Juni 2015. Bila dibandingkan dengan tahun lalu maka tahun ini mengalami penurunan cukup signifikan. BP3AKB Pemerintah Kota Bekasi merilis terdapat 27 kasus kekerasan pada anak hingga bulan Juni 2015. Angka ini turun cukup signifikan bila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu. Pada tahun 2014 BP3AKB mencatat ada 60 kasus dari Januari hingga Juni.
Ini proses yang patut kita syukuri hingga mencapai target minus kekerasan pada anak. Kita berencana kedepan Kota Bekasi minus kekerasan pada anak. Hal ini sejalan dengan visi Pemerintah Kota Bekasi, maju secara budaya dan peradaban. Dimana tidak ditemukan lagi perilaku mangkar pada anak.
Selama perilaku mangkar pada anak masih terjadi maka tingkat budaya dan peradaban kita masih rendah. Perlakuan terhadap anak menjadi salah satu parameter tingkat budi dan peradaban sebuah masyarakat.
Untuk itu Pemerintah Kota Bekasi tak lelah dan bosan melakukan sosialisasi anti kekerasan pada anak. Kami yakin kekerasan pada anak akan merusak peradaban sebuah Negara. Anak yang menjadi korban kekerasan akan menjadi generasi inferior. Generasi yang hilang kepercayaan dirinya.
Tentu kita tidak ingin anak-anak kita tumbuh dan besar menjadi generasi yang mudah patah arang. Generasi yang tidak punya gairah. Generasi yang mencari solusi atau pelarian pada Narkoba.
Kami memandang perlu gerakan sistematis, terstruktur dan massif dalam melakukan edukasi pada masyarakat. Suka tidak suka banyak orang tua menjadi kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga tanpa bekal ilmu yang memadai. Umumnya berjalan scara natural. Ilmu pendidikan anak hanya warisan dari orang tua. Pola pendidikan yang diterima dari orang tua kemudian dilanjutkan pada anak. Bisa jadi, pola asuh tersebut ada yang harus diluruskan sesuai dengan perkembangan sosiologi masyarakat kontemporer.
Untuk mencapai target minus kekerasan pada anak, suatu keniscayaan harus terjalin kerjasama yang baik antar entitas sosial terkait. Terutama kerjasama lingkungan terdekat anak. Sebab, selama ini kekerasan anak kerap terjadi di lingkungan sosial terdekat anak; keluarga, sekolah, dan lingkungan rumah (masyarakat).
Tiga serangkai lingkungan sosial anak ini harus berperan secara optimal dan terdepan dalam melakukan proteksi dan pencegahan terjadinya kekerasan pada anak. Masing-masing lingkungan sosial anak memiliki peran spesifik dalam melindungi anak dari tindak kekerasan.
Dalam pada itu perlu ada kerjasama yang baik pada tiga serangkai lingkungan sosial anak. Selama ini masing-masing pihak berjalan sendiri-sendiri dalam melakukan pencegahan kekerasan pada anak.
Pemerintah Kota Bekasi memandang perlu penguatan peran tiga serangkai lingkungan sosial anak. Jika ketiga lingkungan sosial anak ini memiliki derap langkah dan pandangan yang sama, penulis yakin impian minus kekerasan pada anak bisa terwujud. Pada akhirnya, Kota Patriot menjadi layak anak.