Fenomena anak kita (siswa kita) mempunyai teman spesial (pacar) pada masa puber adalah kenyataan yang harus kita terima sebagai konsekwensi hidup sebagai mahluk sosial.
Secara umum fenomena ini bisa kita jumpai pada remaja baik di kota maupun di desa-desa seluruh Indonesia.
Sebagai orang tua, ketika kita menghadapi fenomena seperti iti maka kita memiliki kewajiban memberikan wawasan kepada para remaja tentang masalah ini.
1. Samapaikan dengan pendekatan antara orang tua kepada anak, antara guru dengan siswa bahwa mempunyai teman spesial  di usia remaja itu adalah yang biasa, dan kita arahkan pada hal-hal yang positif, misalnya anggap teman istimewa (pacar) sebagai penyemangat dalam belajar sehingga sama-sama berhasil melalui jenjang pendidikan.
2. Memberikan batasan-batasan yang tegas antara pertemanan, pacaran atau hanya sekedar belajar bersama-sama.
3. Mengawasi dan memantau kemanapun kegiatan mereka bersama komunitasnya sehingga orang tua akan tahu di mana anak-anak kita sedang melaksanakan kegiatan bersama dengan teman-temannya.
4. Jangan mengizinkan mereka berduaan, atau pergi berdua tanpa pendampingan orang tua. atau guru di sekolah.
5. Menanamkan nilai-nilai agaram dan moral serta meberikan pemahaman tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan antara anak-anak /murid-murig kita dengan teman spesialnya.
6. Kalau memungkinkan sebaiknya anak kita tidak diperkenankan untuk berpacaran, selesaikan sekolah, kuliah, kerja lalu dinikahkan baru mereka akan berpacaran setelah anak-anak kita menikah.
7. Berpacaran setelah menikah justru mendatangkan pahala dan keberkahan, sementara pacaran sebelum menikah banyak mudorotnya bahkan anak-anak cenderung melakukan perbuatan yang dilarang oleh norma agama, norma humum dan norma kesusilaan.
Apakah Anda dulu tidak mengalami masa berpacaran?