Mungkin kita sudah tidak heran lagi dengan adanya kurikulum yang sering berubah-rubah dinegara kita ini. Sistem pembelajaran yang dipakai saat ini dinilai sangat terpaku pada standar-standar, pada target muatan kurikulum, hampa makna, dan dimungkinkan kurang pragmatis "Apabila sistem tersebut masih dijalankan di Indonesia, maka akan menghasilkan sarjana yang kurang bermutu,"
Kekakuan pembelajaran ini tidak hanya dijenjang pendidikan dasar saja,bahkan sehingga keperguruan tinggi juga.
Apalagi ketika adanya Covid-19 pendidikan kita seperti dipaksa untuk berubah, bukan saja model pembelajaran, tetapi juga menginspirasi tentang orientasi.
Selain itu,proses akedemik pendidikan di Indonesia terkontaminasi oleh perilaku birokrasi. Hingga Guru mengalami birokratisasi sehingga sempit, kaku, dan formalistic. Jika diadakan home learning belum semua daerah yang terjangkau internet bahkan ada yang masih belum akses listrik dll.
Maka untuk memaksimalkan suatu sisitem pendidikan yang telah berjalan saat ini, maka harus diadakannya pemetaan terlebih dahulu. Sehingga suatu sistem pendidikan ini akan berjalan dengan baik dan tidak akan dinilai kaku dan hampa makna lagi. Adapun kritikan dan solusi yang ditujukan kepada pemerintah, antara lain:
- Masalah korupsi di sektor pendidikan yang belum menjadi fokus utama pemerintah.
- Yang terjadi dilapang hingga sat ini, Masih banyak 'pemain' di dalam sektor pendidikan ini yang fokusnya memikirkan kepentingan perut sendiri dibanding kepentingan kemajuan anak didik.
Maka alangkah baiknya pemerintah menyediakan aplikasi bagi masyarakat untuk melaporkan indikasi-indikasi korupsi di sekolah masing-masing. - Pelatihan guru tidak efektif.
Yang terjadi dilapang hingga sat ini, Masih banyak yang melakukan sertifikat guru dengan menggunakan jalur yang cepat. Seharusnya ketika memasuki pakultas itu diperketat, sehingga indonesia bisa menciptakan guru yang lebih unggul. - Belajar dari negara tetangga, mendirikan institusi baru mungkin lebih mudah daripada mengubah yang sudah ada, karena seringkali ada 'raja-raja kecil' di dalamnya.
- Sistem pembelajaran multidisipliner harus mulai diterapkan.
Sebenernya sistem tematik sudah mulai disuarakan, tapi kembali keguru yang sebagian besar masih belum siap. Sehingga guru antar mata pelajaran bekerja sama dalam memberikan materi dan projek untuk siswa, bukan berjalan sendiri-sendiri.
Kita ambil contoh Singapura yang mendirikan universitas negeri baru bernama SUTD di sana programnya sangat multidisipliner, dan ini sesuai dengan kebutuhan zaman.
 Untuk kota-kota yang fasilitas sudah lebih memadai, blended learning harus mulai diterapkan. Dalam hal ini,seharusnya diseklah yang sudah memadai untuk menerapkan Flipped classroom dalam sistem belajar mengajar. Flipped classroom yaitu mendengarkan materi lewat video di rumah, akan tetapi latihan soal tetap di sekolah.
Dan guru disini hanya fasiliator yang dimana hanya mengontrol siswanya sudah paham belum. Waktu berdiskusi di kelas juga jadi lebih banyak, untuk meningkatkan critical thinking siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H