"Copas" /"Copy-Paste", Menyalin dan Menempel...
Jadi ingat waktu Ujian Mata Kuliah Praktek C++, begitu dapat soal tanpa pikir panjang langsung saja saya meng-"copas" soal - soal latihan untuk menjawab soal Ujian. Walhasil tidak usah repot - repot lagi untuk mengetik ulang baris - baris programnya hanya dibutuhkan sedikit waktu untuk menambah atau mengurangi baris - baris programnya sesuai soal ujian yang diberikan.
Cepat memang tapi hasilnya program tidak bisa dijalankan sebagaimana mestinya yang ujung - ujungnya saya harus me-"review" ulang baris demi baris program dan tak terasa waktu satu jam sudah habis dan tetap program tidak bisa jalan. "Selesai tidak selesai dikumpulkan...", seru pengawas ujian. Dengan berat hati saya keluar dari ruang ujian sambil berpikir keras kenapa program tidak berjalan, bahwa dengan seyakin - yakinnya semua baris program sudah benar.
Akhirnya di rumah saya me-"review" ulang soal ujian tadi, ternyata dari semua baris sudah benar tetapi hanya terdapat satu karakter saja yang salah sehingga program tidak bisa dijalankan. Dan itu akibat saya meng-"copas" jawaban latihan, andai saja saya mengetik ulang dari awal baris - baris program tersebut mungkin program tersebut akan jalan.
Begitulah dalam kehidupan sehari - hari kalau kita hanya meng-"copas" katakanlah sebuah berita atau budaya asing, tanpa kita menelaah lagi sejarah, maksud, dan tujuan dari semua itu. Dengan alih - alih zaman moderenisasi dan era globalisasi, kita membenarkan mentah - mentah semua yang datang dam nudah terprovokasi tanpa adanya sebuah filter. Filter Religi dan Filter Budaya Timur seyogyanya ada dalam diri agar kita dapat dengan tegas menolak semua yang bertentangan dengan keyakinan bangsa dan dari semua yang dapat menghancurkan indetitas dan jati diri bangsa Indonesia.
Apapun yang berbau asing dan impor pasti akan diterima dengan lapang dada, beda dengan produk lokal yang hanya akan dipandang sebelah mata. "Kampungan" , "Gak Gaul" atau "Jadul" predikat yang kita berikan kepada mereka yang tetap melestarikan budaya dan tradisi lokal. Dan kita yakin betul bahwa produk - produk asing tersebut adalah yang paling benar, terbaik dan terhebat sehingga pantas untuk dijadikan panutan.
Seperti kisah saya di atas tadi dengan pembenaran baris - baris program yang saya "copas" tanpa memfilternya lagi sehingga program tidak berjalan hanya karena kesalahan kecil saja.
"Jas Merah, Jangan Sekali - kali Melupakan Sejarah", begitu Bapak Proklamator kita berpesan. Jangan melupakan sejarah bangsa ini dari mana berasal, sejarah kebudayaan, sejarah perjuangan, sehingga kita tidak terlena dengan budaya asing yang mungkin nantinya kita akan lupa bahwa kita adalah bangsa Indonesia, bangsa yang besar, bangsa yang harus bisa diperhitungkan oleh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H