Aku memimpikanmu dalam tidur-tidurku. Oleh karena itu tidur menjadi hobiku. Kamu adalah alam bawah sadarku tempat dimana aku bisa berenang dan menyelami cinta seperti seekor ikan kecil dalam luas samudera. Aku ingin berlari sekuat tenaga menyusuri padang rumput keemasan bergegas menujumu untuk memelukmu ke dalam dadaku yang bergemuruh kemudian senja turun di hadapan kita.
Aku ingin sekali menjadi lelaki romantis di hadapanmu. Membual tentang cinta atau betapa cantiknya dirimu. Bertingkah konyol untuk menarik perhatianmu. Bersimpuh sambil meneriakan sajak-sajak cinta yang didapat dari internet. Menyanyikan lagu-lagu cinta yang sering diputar di radio. Berpikir pendek seolah-olah cinta itu sederhana. Namun aku lebih sering menjadi pengecut dan kaku seperti robot yang dalam gerakannya yang mekanis melakukan hal-hal yang sudah diprogram sebelumnya. Menjadi semembosankan buku tua.
Apa artinya tulisan ini. Aku sendiri tidak meyakini kata-kata ini akan menyentuh hatimu. Aku tukang tidur, seorang pengecut, dan kaku namun dalam inferioritasku itu aku selalu memikirkanmu dengan gugup, takut bahwa aku tak cukup menunjukkan rasa cintaku sehingga kamu meragukanku. Aku sempat meragukan tulisanku ini namun dengan cinta yang aku berusaha menjaganya untukmu, rasa putus asa untuk terus meyakinkanmu, dan mimpi memelukmu di malam-malam dinginku, dengan keras kepala aku ingin menjadi penyair romantis favoritmu. Ada absurditas dalam tulisan ini--kekonyolan dan kelebayan yang mungkin saja membuat perutmu mual--namun camkan baik-baik cinta yang bertebaran di setiap hurufnya, perhatikan sebentar saja, maka aku akan sangat bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H