Mohon tunggu...
Ahmad Sunarto
Ahmad Sunarto Mohon Tunggu... -

Bocah Angon

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Khutbah Jum'at Kyai Syukur

31 Januari 2015   01:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:04 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Tepat pukul 11.00, kang sholeh terlihat sudah berada di shof depan masjid. Seperti biasa, dengan suara yang merdu, dia melantunkan ayat-ayat suci al-Qur an dengan pengeras suara, sehingga suaranya terdengar sampai masyarakat kampung. Kalau sudah terdengar suara kang sholeh, Para santri dan masyarakat kampung langsung menuju masjid, karena suaranya tidak lain adalah penanda persiapan sholat jum’at. Diakui memang, suaranya lebih enak didengar daripada kebisingan suara kaset seperti di masjid-masjid perkotaan.
“Hari ini jadwal khutbahnya siapa kang?” Tanya Ahmad kepada Kang Hadi.
“Memang hari ini jum’at apa Mad?” Sahut Kang Hadi.
“Jumat wage kang”, Jawab Ahmad sambil mengoleskan minyak parfum ke bajunya. 
“Ooo… kalau jumat wage ya berarti jadwalnya Pak Kyai”, tukas Kang Hadi.
“Wah… pasti menarik kang”, kata Ahmad.
“Ya… makanya rugi kalau kamu tidur waktu Pak Kyai khutbah” pungkas Kang Hadi dengan senyum.
Khutbahnya singkat, bahasanya lugas, selalu aktual, dan yang lebih penting, bisa diterima oleh masyarakat dari yang awam sampai profesor sekalipun. Maka pantas, kalau jumat wage masjid selalu penuh bahkan tidak jarang sampai di pelataran masjid. Orang-orang ini kebanyakan adalah wali santri yang sengaja datang ke pondok setiap jumat wage, di samping menjenguk putranya, mereka tahu kalau hari itu adalah jadwal khutbah pak kyai.
Adzan pertama dan kedua sudah berkumandang, tampak seseorang di atas mimbar, rambutnya yang panjang sedikit ikal, berpakaian serba putih dengan wajah yang teduh bagi siapa saja yang melihatnya, suaranya lantang, lisannya fasih, dialah kyai Syukur. 
Kali ini, beliau membacakan ayat yang sering kita baca, yaitu Q.S. Yasin: 33-35
واية لهم الارض الميتة احيينها واخرجنا منها حبا فمنه يأكلون* وجعلنا فيها جنات من نخيل واعناب وفجرنا فيها من العيون* ليأكلوا من ثمره وما عملته ايديهم افلا يشكرون*
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.
Dan kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur, dan kami pancarkan padanya beberapa mata air.
Agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari usaha tangan mereka, maka mengapa mereka tidak bersyukur?
Hadirin sidang jum’at yang berbahagia…
Cukup mudah bagi Allah untuk mensuburkan bumi-bumi yang mati atau tandus, seperti mudahnya bagi Allah mengumpulkan tulang belulang yang sudah retak menjadi manusia kembali. Bumi yang mati adalah bumi yang di atasnya banyak manusia berbuat maksiat, ketahuilah, bukan hal yang sulit bagi Allah untuk memusnahkan kemaksiatan itu agar bumi ini kembali merekahkan senyumnya.
Sebagai satu contoh, Tebuireng, dulu adalah tempat judi, porstitusi, dan kemaksiatan-kemaksiatan yang lain. Melalui KH. Hasyim Asy’ari, Allah merubahnya menjadi lahan subur, taman-taman tarbawi yang di bawahnya mengalir mata air ilmu yang jernih. Sudah banyak menumbuhkan bibit-bibit unggul, generasi-generasi berkarakter, berilmu, dan berakhlaq yang selalu ikut berpartisipasi dalam membangun peradaban bangsa ini.
Pertanyaannya adalah, afalaa yasykuruun? Mengapa mereka tidak bersyukur? Apa bentuk terimakasih bangsa ini kepada para kyai? Apa wujud terimakasih bangsa ini kepada pesantren? Semoga bukan hanya menjadikan nama mereka-mereka yang ikhlas menjaga keutuhan bangsa ini menjadi nama-nama jalan. Amin.
“Semoga Allah swt. memberkahi kita semua”, do’a Kyai Syukur sebagai penutup khutbahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun