Kembalinya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat di tahun ini menjadi sorotan tersendiri. Bagaimana tidak, periode pertamanya saja sudah diwarnai dengan kebijakan-kebijakan kontroversial. Selain itu, beberapa skandal, masalah hukum, hingga percobaan penembakan sempat mengancam perjalanannya menuju gedung putih. Ketika berkampanye kemarin, Trump berencana menerapkan beberapa kebijakan yang membuat warganya sendiri garuk-garuk kepala. Saya sendiri sempat berandai-andai, bagaimana jika Donald Trump dilantik sebagai presiden di Indonesia? Apa saja kebijakannya yang akan diterapkan seperti di Amerika Serikat?
Mengubah nama Semenanjung Malaka menjadi Semenanjung Sumatra
Salah satu keinginan Trump sewaktu kampanyenya adalah mengubah nama Teluk Meksiko (Gulf of Mexico) menjadi Teluk Amerika (Gulf of America). Meskipun teluknya lebih banyak masuk ke wilayah negara Meksiko, nama Teluk Amerika dinilai lebih masuk akal menurut Trump karena mengingat lokasinya berada di benua Amerika. Kebijakannya ini tentu bertujuan untuk memperkuat pengaruh negara Paman Sam di daerah selatan Amerika. Sebagai respons, tidak sedikit yang meremehkan rencana Trump ini, termasuk Presiden Meksiko.
Andai Trump jadi presiden di Indonesia, fokusnya akan tertuju di salah satu kawasan yang strategis, yaitu Semenanjung Malaka. Sebagai daerah yang ramai dengan jalur lintas perdagangan internasional, Trump mungkin akan mempertimbangkan perubahan nama dari Semenanjung Malaka menjadi Semenanjung Sumatra. Pertimbangannya tentu dengan melihat wilayahnya yang hampir mencakup daerah Sumatra. Trump mungkin tidak akan peduli dengan fakta bahwa semenanjung itu daratan yang menjorok ke laut seperti halnya teluk sebagai bagian laut yang menjorok ke daratan. Dengan mengubah nama tersebut, Trump berharap agar setiap pihak asing yang melintas di wilayah semenanjung tersebut akan lebih teringat pengaruh Indonesia dan lebih memilih untuk berdagang dengan pihak Indonesia. Trump mungkin belum mempertimbangkan bahwa kepentingan negara di kancah internasional justru lebih dipengaruhi oleh kebijakan politik pemerintahannya, alih-alih mengubah nama geografis di wilayah tersebut.Â
Menganeksasi Wilayah Negara Tetangga
Beberapa rencana liar Trump ketika nanti ia kembali menjabat adalah menganeksasi Kanada, membeli Greenland, hingga merebut Terusan Panama. Kalau di Indonesia, mungkin Trump akan selalu sinis dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, hingga Timor Leste. Jika menjadi presiden Indonesia, Trump akan bersikap agresif ke Singapura seperti halnya Amerika Serikat ke Panama yang memiliki Terusan Panama dan melihat ke Malaysia seperti Meksiko. Bukan mustahil kalau Trump akan selalu mengungkit-ungkit masa kerajaan besar di Indonesia seperti Sriwijaya dan Majapahit yang wilayahnya meliputi negara-negara tetangga tersebut. Trump juga mungkin akan mengungkit bagaimana kehadiran negara tersebut selama ini merebut potensi bisnis dan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.Â
Tenaga kerja ilegal memang sama-sama menjadi isu utama dalam hubungan diplomatik Amerika Serikat-Meksiko dan Indonesia-Malaysia. Namun, hal sebaliknya justru terjadi dengan Indonesia dan negara sekitarnya. Indonesia justru menjadi salah satu pengekspor tenaga kerja manusia ke negara lain seperti Malaysia. Isu tenaga kerja ilegal justru menempatkan Indonesia dalam posisi yang dinilai merugikan seperti Meksiko. Hal ini juga menjadi bukti bahwa masalah kesejahteraan memang dipengaruhi oleh kurangnya lapangan kerja di Indonesia sendiri. Belum lagi ditimpa dengan birokrasi yang belum efisien hingga kepastian hukum yang tidak merata.Â
Tidak perlu menyalahkan letak geografis negara sebelah yang seolah-olah merebut kesempatan negara sendiri untuk berkembang dan berperan di perekonomian internasional. Padahal, sama seperti Amerika Serikat, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang terbesar jika dibanding dengan negara sekitarnya. Wilayah keduanya juga sama-sama cukup luas, meskipun Indonesia berbeda dengan bentuk kepulauannya. Kedua aspek ini seharusnya menjadi keuntungan negara dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakatnya, bukan sebaliknya.
Bagaimana negara mencapai masa keemasannya?
Trump sendiri mengatakan bahwa Amerika Serikat akan mencapai masa keemasan pada masa pemerintahannya. Sedikit banyak, saya teringat dengan visi generasi emas Indonesia tahun 2045 nanti. Meskipun sama-sama emas, rasanya ragu jika kedua mimpi tersebut akan tercapai. Kebijakan yang diambil Trump memang masih meragukan. Bisa-bisa, kebijakan politik luar negeri Indonesia yang "bebas-aktif" diartikan sebagai bebas mengubah nama geografi semaunya dan aktif menuding negara tetangganya.
Jika memang suatu negara ingin segera mencapai masa keemasannya, maka sudah sepatutnya ada progres menuju ke sana. Tata kelola pemerintahan harus diperbaiki dan berjalan lebih baik. Berbagai kebijakan yang diterapkan haruslah berpihak kepada masyarakat. Sedikit demi sedikit meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya, barulah saya yakin negara akan mencapai masa keemasannya. Begitulah kira-kira.