Mohon tunggu...
ahmad suhudi
ahmad suhudi Mohon Tunggu... -

..hanya lelaki biasa yang kadang berlaku tidak biasa,memikirkan hal yang tidak biasa,dan..hmh,tersenyum dengan cara yang tak biasa,alah :-)

Selanjutnya

Tutup

Humor

Meski Bukan Dosa, Mengendus Ternyata Berbahaya...

7 Juli 2011   12:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:51 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Saya punya kebiasaan buruk bin aneh.Sebenarnya tidak buruk bagaimana sih, cuman mungkin agak tidak nyambung dengan cara pandangatau pola pikir masyarakat indonesia pada umumnya dan jamaah majelis ta’lim pada khususnya.Waduh, apa itu?. Yang pasti bukan kebiasaan jalan-jalan tanpa pake celana atau menaikkan bendera setengah tiang dipesta pernikahan tetangga misalnya, itu mah bukan kebiasan buruk tapi sinting,hehe.

Kebiasaan buruk saya itu ialah selalu, tanpa tersadari, untuk mencium dulu segala jenis makanan sebelummemakannya. Entah, refleks atau mungkin naluri, selalu begitu. Awalnya saya tak menyadari itu, sampai kemudian pada suatu ketika saya dipelototi oleh ibu-ibu penjual gorengan karena dengan pedenya menciumi satu persatu dagangannya, mulai dari bakwan,tempe goreng dst lalu bertanya harganya berapa. Ibu itu melotot dan dengan polosnya saya balik tersenyum lalu mengembalikan gorengan tersebut ke posisi semula.Tengsin tentu saja, meski saya sedikit curiga bahwa ibu itu melotot bukan semata karena saya menciumi dagangannya, tapi karena ia tak turut serta saya cium. Hehe.

Mengendus mungkin kata yang lebih tepat, tapi berhubung tuh kata koq lebih mencerminkan kelakuan seekor kucing daripada manusia, sehingga saya lebih memilih kata “mencium”. Entah sejak kapan saya mengidap kondisi ini. Setiap makanan, selalu langsung menuju hidung, dihirup pelan dulu baru menyusul ke mulut. Apakah ini ada hubungannya dengan kondisi lubang hidung yang memang diatas rata-rata?. Wallahualam. Jikalau memang ada hubungannya , pastilah korelasi yang pertama muncul adalah bulu idung yang melakukan migrasi frontalke lidah atau papilla pengecap yang nangkring di mukosa hidung. Alhamdulillah, setelah melakukan pengecekan, tak kudapat jua kondisi tersebut, meski ya..tanpa perlu diumbar emang telah terjadi peningkatan yang signifikan dari kuantitas bulu hidung. Yang membuat saya heran adalah, koq bisa ya bulu idung itam tebal mengkilat padahal gak pernah dikeramas, sementara rambut kepala yang rajin dikeramas malah makin kering, pudar dan menipis?. Apakah ini berarti bahwa untuk mendapat rambut yang item tebal mengkilap anda harus menghindari keramas sertamesti diselubungi upil? Hem, silahkan dicoba sendiri, karena jujur, secara pribadi saya tak punya keberanian mental yang cukup untuk melakukan hal tersebut. Hehe.

Okey,kembali ke topik diatas. Sebenarnya, bilamau dipikir kelakuan tersebut diatas bukanlah kelakuan yang terlalu buruk gimana. Mungkin lebih ke segi anehnya dan tak nyaman diliat orang.Yang lebih menakutkan bagi saya adalah bagaimana bila kemudian kelakuan terebut makin menjadi –jadi dan tak terkendali?.Kalo berhubungan dengan makanan sih tak jadi soal, nah kalo kemudian merembet ke hal yang lain..nah lho. Bisa anda bayangkan, saking terobsesinya dengan kegiatan mengendus, apa yang terjadi pada saat saya membeli sepatu misalnya? Atau pada saat hendak membeli underwear..masya Allah, semoga saja itu tak pernah terjadi.

Untungnya itu tak sampai terjadi, sebab bila tidak, saya tak bisa bayangkan apa yang akan terjadi dulu pada saat saya bertemu dengan kedua calon mertua.Sayadengan pedenya mengendus-endus si permata yaqut depan bapak ibunya, lalu berkata “oke, yang ini pas aromanya..boleh saya menikah dengannya?”. PujiTuhan yang menyayangi hambaNya yang seksi ini hingga hal itu tak sampai terjadi.

Permasalahannya sekarang, kebiasaan adalah suatu hal yang amat sulit dirubah pada manusia, sesulit merubah cetakan mukanya sendiri.Kendali alam bawah sadar kadang kala berbicara disini, sehingga seringkali perlu rangsangan dari pihak luar dulu untuk merespon baru kadang tersadari adanya. Apatah lagi untuk merubah atau bahkan menghilangkannya. Wuihhh...jadi gimana dong?Entahlah..saat ini saya masih dalam kondisi berjuang untuk menghilangkan kebiasan itu. Perjuangan yang tentu saja disertai do’a, sebagaimana pesan bang haji oma. Ada yang punya kebiasaan yang sama dan berhasil menghilangkannnya? Bagi tipsnya dong..

catatan ringkas lelaki yang berdamai dengan bulu idung....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun