Mohon tunggu...
ahmad suhudi
ahmad suhudi Mohon Tunggu... -

..hanya lelaki biasa yang kadang berlaku tidak biasa,memikirkan hal yang tidak biasa,dan..hmh,tersenyum dengan cara yang tak biasa,alah :-)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Leaki Jenggot Jarang, Indonesia/Malaysia, dan Remeh Temeh Seputar Itu

12 Januari 2011   04:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:41 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mana lebih hebat indonesia apa malaysia?. Sebelum anda menjawabnya (dan tentu saja jangan pake emosi..), saya ingin tekankan bahwa saya bukan bermaksud membangkitkan kembali nuansa perseteruan antar dua negera ini, yang ditutup dengan manis diakhir tahun kemarin oleh timnas garuda (manisnya mungkin tak semanis madu,tapi bolehah..:-)). Saya tergerak menulis ini karena ternyata oh ternyata, masih begitu banyak orang indonesia yang menghabiskan waktunya untuk mencaci tetangga kita tersebut, tanpa niat memberi bukti nyata bahwa kita memang lebih baik. Terbukti dari forum-forum di dunia maya, saling ejek,caci maki begitu berkembang -soal caci mencaci kita emang rajanya-.

Bukan, bukan saya tak bangga dengan negeri ini, tapi mari kita lihat secara objektif. Lapang dada saya bisa katakan bahwa malaysia tuh adalah negeri yang amat sangat menyayangi kita. Tak percaya? Banyak buktinya. Apakah bukan cinta namanya bila suatu negera besar seperti malaysia, suatu negera kaya raya mau menyempatkan waktunya, dananya mengembangkan kebudayaan, warisan kultural kita, dimana kita sendiri tak pernah mau peduli terhadap hal itu?. Kita mestinya berterima kasih kepada mereka,yang telah bersusah payah membangunkan kita dari tidur panjang sehingga kita tersadar bahwa kita punya batik, reog, dan lagu2 yang begitu keren -meski mungkin cara membangunkannya dengan menyiram air ke muka kita,hehe-.

Apa bukan cinta namanya, bila mereka masih mau menampung ribuan pekerja yang kita kirim kesana, tanpa modal skill memadai,tak fasih bahasa inggris...yang bisanya cuman kerja jadi pembantu. Jangan protes bila para pekerja kita disana tak dihargai, lha..dinegeri kita sendiri emang kita menghargai pembantu?. Kita mngirim budak, mereka mengirim cendikia2 muda haus ilmu kenegeri ini, lalu mau dibandingkan gimana?. Kita mencak-mencak mengapa malaysia seperti tidak menganggap kita sebagai negeri yang berdaulat, lha..emang kita bisa dianggap berdaulat?. Apa-apa minjem dari luar, mo ngebor minyak aja pake ilmuwan luar, pake mesin luar, bahkan mau pipis aja pake toilet made in china. Malaysia mungkin bukan bermaksud memandang remeh kita, tapi kasusnya mungkin sama seperti : "ngapain berdikusi soal agama islam dengan orang yang sholatnya aja kagak". Yup, kita diremehkan karena memang kita gak penting. Orang luar lebih kenal bali dari indonesia, mereka bahkan mengira bahwa sumatera tuh adalah pulau serem yang dihuni penduduk primitif pemakan manusia dan gorilla raksasa (tonton film : King Kong), bahwa kalimantan itu pulau liar dimana hidup anaconda pemakan manusia (tonton film : ananconda 2 :the hunt for balck orchid). Lalu nasionalisme apa yang kita banggakan dari negeri sapi perah?.

Media lebih senang bombastis berita selingkuh artis, ulama poligami yang mau cerai, video porno (yang artisnya malah lebih laku setelah videonya terungkap), ketimbang menayangkan berita soal anak mudanya yang menang olimpiade sains, tentang ilmuwannya yang lebih memilih menjadi guru besar diuniversitas luar, tentang warganya yang dibuang pemerintah atas nama "transmigrasi", tentang orang-orang "bodoh" yang bisa bikin trikopter. Penguasa lalim yang bisanya berbicara manis,sedikit-sedikit tersinggung, bangga menggemborkan angka statistik rekayasa bahwa angka kemiskinan menurun dari tahun lalu, tapi buta dan tuli bahwa warganya masih makan nasi aking, bahwa bocahnya masih makan pasir ,obat nyamuk (ditayangkan ditivi dan dikira hebat pula..ckck) tanpa tahu bahwa mereka begitu mungkin karena kekurangan gizi. Orang-orang mudanya bisanya mengkritik pemerintah, tapi bangun siang tiap hari, dokternya mengoceh minta perbaikan kesejahteraan tapi memeriksa pasien sambil online dan main pesbuk. Hehe

Lalu apa pantas kita mencaci bangsa luar?khususnya maaysia?. Entahlah, terserah anda atau kepentingan apa yang anda bela dengan cacian. Saya pribadi malas mencaci dengan kata-kata,tak berguna dan menghabiskan energi. Lagipula saya masih senang bangun siang dan belum bisa ngalahin stephen Hawkings dalam soal bual membual fisika. Jadi, bangun sajalah dulu.

"sayangilah tetanggamu meskipun mereka memakai sandalmu tanpa permisi, sebab hanya tetanggalah yang bisa membangunkanmu pagi-pagi dengan musik tanpa minta bayaran" (kebijakan lelaki stress yang tiap pagi terbangun oleh lagu kangen band dari rumah sebelah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun