Mohon tunggu...
Ahmad Suhendra
Ahmad Suhendra Mohon Tunggu... Santri -

Lahir di Bogor, Pesantren di Bekasi, Kuliah di Yogyakarta dan Tinggal di Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ulil Abshar Abdallah dan JIL

11 April 2011   12:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:55 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13025263501856753145

Ketika mendengar nama Ulil Abshar Abdallah, selanjutnya ditulis Ulil, seketika kita membuka memori fatwa mati terhadapnya. Fatwa sepihak itu dikeluarkan oleh para pemuka agama Islam di berbagai daerah. Maksud fatwa sepihak adalah mereka tidak melakukan dialog interaktif dengan Ulil atas tulisannya yang dimuat Kompas. Gagasan-gagasan Ulil tentang islamic studies memang tergolong kritis dan humanis. Ulil melakukan dekonstruksi terhadap pemahaman keagamaan yang selama ini banyak dipahami umat Islam Indonesia. Umat Islam Indonesia memang masih belum dewasa ketika terdapat golongan yang berbeda pendapat dengan sesuatu yang mereka pahami. Padahal perbedaan penafsiran dan pemahan atas ajaran agama itu sesuatu yang wajar dalam historis-sosiologis agama Islam. Untuk mengembangkan pemikirannya itu, Ulil berserta teman-temannya membentuk komunitas yang mengusung nilai-nilai universal Islam. Ulil justru memberikan warna bagi Islam Indonesia yang mulai terkontaminasi oleh Arabisasi dan Wahabisme. Di sisi lain, saya akui, Ulil memang terlalu mendewakan (keilmuan) Barat, dan terkadang terlalu ambisius dalam mengungkapkan gagasannya. Kendati demikian, Ulil telah memberikan penafsiran lain atas sesuatu yang selama ini dipahami kebanyakan umat Islam. Namun, setidaknya Ulil dan teman-teman JIL memberikan warna dalam wacana dan pemahaman keislaman di Indonesia. Secara historis, Islam mengarjarkan perbedaan pendapat dan beragam tafsir. Jadi, jangan menganggap sesuatu yang kita yakini adalah sesuatu yang paling benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun