Mohon tunggu...
Ahmad Sirfi Fatoni
Ahmad Sirfi Fatoni Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Saya seorang dosen di Prodi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Bahasa dan Sastra, Kampus Universitas Negeri Makassar. Hobi saya adalah bermain sepak bola, futsal, catur, sepak takrow, bola voli, membaca, menulis, jalan-jalan, hang out, main playstation, menjelajah dan semacamnya. Minat keilmuan saya yaitu ilmu nahwu, sharaf, balagah, semantik dan sastra Arab. Saya suka menulis isu-isu terkait bahasa, sastra maupun wacana bahasa Arab. Di samping itu, saya juga tertarik untuk mengupas isu-isu terkini dan aktual baik terkait isu sosial, politik, ekonomi maupun budaya di level nasional dan internasional.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Pokok Teori Sastra Dekonstruksi Jacques Derrida (Suatu Penjelajahan Awal)

6 Desember 2024   20:41 Diperbarui: 7 Desember 2024   17:10 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Teori-Teori Sastra (Sumber: https://www.pexels.com/id-id/pencarian/sastra/)

Teori dekonstruksi yang dikembangkan oleh Jacques Derrida adalah pendekatan filsafat dan kritik sastra yang menantang cara berpikir tradisional mengenai makna, teks, dan struktur. Teori ini bertujuan untuk mengungkap ketegangan, kontradiksi, dan ambiguitas dalam sistem pemikiran atau teks tertentu. Berikut adalah konsep-konsep pokok dalam teori dekonstruksi Jacques Derrida:

1. Logosentrisme

  • Derrida mengkritik tradisi filsafat Barat yang mendasarkan makna pada keberadaan pusat absolut, seperti Tuhan, kebenaran universal, atau rasionalitas. Tradisi ini disebut logosentrisme, yaitu kecenderungan untuk mengutamakan "kehadiran" sebagai sumber makna dan menganggap teks atau tanda hanya sebagai perantara.
  • Derrida menunjukkan bahwa makna tidak stabil dan selalu bergantung pada hubungan antara tanda-tanda lainnya.

2. Perbedaan (Diffrance)

  • Diffrance adalah istilah kunci Derrida untuk menggambarkan cara makna dalam bahasa terus-menerus tertunda dan bergantung pada perbedaan dengan tanda lain.
  • Kata ini menggabungkan makna "perbedaan" (difference) dan "penundaan" (deferral), sehingga menunjukkan bahwa makna tidak pernah tetap dan selalu bergeser dalam konteks tertentu.

3. Penjungkirbalikan Hierarki Biner

  • Derrida mengidentifikasi bahwa pemikiran tradisional sering mengorganisasikan konsep dalam oposisi biner (misalnya: benar/salah, kehadiran/ketiadaan, laki-laki/perempuan).
  • Dalam oposisi biner, salah satu sisi biasanya dianggap lebih superior. Dekonstruksi bekerja dengan cara membongkar hierarki ini, menunjukkan bahwa yang dianggap lebih rendah atau subordinat sebenarnya memainkan peran yang sama pentingnya atau bahkan mendasar.

4. Teks Sebagai Jaringan Tak Berujung

  • Dalam dekonstruksi, teks tidak memiliki makna tunggal atau absolut karena teks adalah jaringan tanda yang terus berhubungan dengan tanda lainnya.
  • Makna selalu bergantung pada interpretasi pembaca, konteks sosial, dan sejarah, sehingga makna menjadi tidak pernah selesai atau tetap.

5. Ketidakmungkinan Kehadiran Murni

  • Derrida menolak gagasan bahwa ada "kehadiran murni" yang dapat memberikan makna absolut. Kehadiran selalu dimediasi oleh sistem tanda (bahasa), dan tanda itu sendiri bersifat tidak stabil.
  • Oleh karena itu, semua upaya untuk menemukan makna murni selalu digagalkan oleh sifat bahasa itu sendiri.

6. Aporia

  • Aporia adalah istilah untuk merujuk pada kontradiksi internal atau dilema dalam teks atau sistem pemikiran yang tidak dapat diselesaikan.
  • Jacques Derrida mengungkapkan bahwa setiap sistem pemikiran, dalam usahanya untuk konsisten, pada akhirnya akan menghadapi kontradiksi yang melemahkan stabilitasnya.

7. Dekonstruksi sebagai Proses

  • Dekonstruksi bukanlah metode atau strategi yang memiliki langkah tetap, melainkan proses terus-menerus untuk membaca ulang, menantang asumsi, dan menemukan lapisan makna yang tersembunyi dan terdalam.
  • Tujuannya bukan untuk menghancurkan teks, tetapi untuk membuka ruang interpretasi baru dan menyoroti kerumitannya.

Secara keseluruhan, teori dekonstruksi Jacques Derrida mendorong kita untuk melihat teks, makna, dan struktur dengan cara yang tidak konvensional, menghargai ambiguitas, dan menerima ketidakpastian sebagai bagian tak terpisahkan dari interpretasi. Teori sastra ini sangat menantang bagi para akademisi untuk dikupas lebih detail dan akurat dalam bentuk praktik pembedahan terhadap teks-teks sastra.

Penulis: Ahmad Sirfi Fatoni, M.Hum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun