Mohon tunggu...
Ahmad Sidik
Ahmad Sidik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Pembelajar

Semangat, Kerja Keras, Pantang Menyerah, Doa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah yang Terlupakan: Saksi Sejarah Kekejaman Tentara Jepang Jugun-Ianfu

15 Desember 2021   01:47 Diperbarui: 15 Desember 2021   01:57 1527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Tangkapan layar dalam video Youtube @Slem Riyadi "JUGUN IANFU (Sejarah Yang Terlupakan)" 

Pada saat pendudukannya di Indonesia, Jepang menerapkan kebudayaannya pada masyarakat Indonesia. Jepang merapkan sistempemerintahan, sistem pertahanan, tata kota, organisasi sosial yang sama dengan budaya Jepang. 

Hal inilah yang sebenarnya terjadi pada sistem Jugun-Ianfu. Jugun-Ianfu tidak terlepas dari sistem budaya Jepang yang dihegemonikan di Indonesia. Semua falsafah hidup dan nilai bangsa Jepang melekat erat pada kebudayaan Jepang. 

Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai angota masyarakat. 

Semangat hakko-ichu-u, meshi bokko, penggunaan sistem departemen pada setiap bidang, tonarigumi, taiso, upacara penghormatan bendera, seni drama, seni pertunjukan kertas, bureiko, karayuki, dan jugun-ianfu merupakan bagian dari kebudayaan Jepang. 

Semua bentuk kebudayaan ini kemudian di hegemonikan kedalam budaya Indonesia. Hegemoni terjadi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat termasuk pada sistem jugun-ianfu.

Jugun-ianfu merupakan turunan dari kebudayaan Jepang. Tentara Jepang merasa bahwa hubungan seksual merupakan kompensasi atas kontribusinya dalam perang Asia Raya. Kondisi perang dalam jangka yang panjang membuat tentara perlu sebuah hiburan untuk melepaskan stres.

Hal ini tergambarkan oleh salah seorang tokoh perempuan bernama Emah Kastimah yang merasakan secara langsung begitu pahitnya pengalaman beliau sebagai seorang Mantan Jugun Ianfu beliau menceritakan: 

"Awalnya saya mau ke warung lalu ketemu sama Jepang, Bapak saya sampai sakit mikirin saya, kemana nih anak saya, Dikumpulkan di Lanjo disana banyak perempuan. Kata orang disini disebutnya hotel Ini disini disana ada satu lagi (sambil menunjukan salah satu rumah berwarna cat pagar biru konon dahulunya bernama Lanjo salah satu tempat yang dikatakan hotel kala pendudukan Jepang itu). Ini disini sama, saya dipukul dan ada bekasnya dipunggung, kalau siang tentara biasa, malamnya berpangkat opsir, bangunan jaman Belanda belum dibongkar, Cuma direnovasi depannya, suka ditambahkan kamarnya, dapurnya juga dijadikan kamar disana, bebas dari Lanjo saya tidak punya uang, ada satu orang baik yang membantu saya, saya tidak bisa pulang, menangis, pulang ya pulang, tapi saya tidak punya uang sama sekali, lalu dikasih baju tiga pasang, satu orang satu pasang".

Pada masa pendudukannya di Indonesia, Jepang tidak begitu saja membangun dan menyediakan perempuan jugun-ianfu. Jepang sebelumnya berusaha menanamkan nilai hakko-ichi-u (Perang Suci) dan nilai perempuan pada masyarakat Indonesia. 

Jepang menanamkan kedua nilai ini dalam bentuk hegemoni. Kedua nilai dibaurkan dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia sehingga mereka tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi korban hegemoni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun