Pembelajaran yang sesuai dengan Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia
Di era globalisasi yang semakin pesat, dunia semakin terhubung melalui kemajuan teknologi, perdagangan, dan komunikasi. Proses ini membawa dampak signifikan bagi berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Di satu sisi, globalisasi membuka peluang bagi masyarakat Indonesia untuk mengakses informasi dan pengetahuan yang lebih luas. Namun, di sisi lain, hal ini juga menimbulkan tantangan, seperti erosi nilai-nilai budaya dan identitas nasional. Dalam konteks ini, Pancasila sebagai dasar negara dan panduan moral menjadi penting untuk dipertahankan dan diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Globalisasi membawa berbagai perubahan yang cepat dan seringkali tidak dapat dihindari. Perubahan ini menciptakan tantangan bagi masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, yang dihadapkan pada nilai-nilai dan budaya asing. Tanpa adanya fondasi yang kuat, generasi ini dapat kehilangan jati dirinya. Peningkatan interaksi global juga dapat menyebabkan penurunan kepedulian terhadap nilai-nilai lokal dan nasional. Oleh karena itu, penting untuk memiliki sebuah kerangka yang dapat membantu masyarakat menghadapi perubahan ini dengan tetap mempertahankan identitas dan nilai-nilai luhur bangsa.
Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki peran penting dalam menghadapi tantangan globalisasi. Lima sila dalam Pancasila memberikan panduan moral dan etika yang dapat membentuk karakter bangsa. Sila pertama, "Ketuhanan yang Maha Esa," menekankan pentingnya spiritualitas dalam kehidupan, yang bisa menjadi penyeimbang di tengah arus modernisasi. Sila kedua, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," mengingatkan kita untuk selalu menghargai dan menghormati sesama, terlepas dari perbedaan yang ada.
Dalam menghadapi tantangan perkembangan global, pendidikan di Indonesia perlu tetap berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. Pancasila tidak hanya berfungsi sebagai dasar negara, tetapi juga sebagai pedoman moral dan etika dalam proses pembelajaran. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip Pancasila ke dalam kurikulum pendidikan, kita dapat membentuk karakter bangsa dan melahirkan generasi yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki kepribadian yang baik dan rasa tanggung jawab terhadap masyarakat.
Upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan mengembangkan kurikulum yang mengedepankan nilai-nilai Pancasila. Kurikulum Merdeka, misalnya, memberikan fleksibilitas kepada sekolah untuk mengintegrasikan Pancasila dalam setiap mata pelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan akademis, tetapi juga memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui program pendidikan karakter yang dirancang Kemendikbudristek sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka yang bertujuan untuk mendorong tercapainya Profil Pelajar Pancasila, pemerintah mengajak sekolah untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila, seperti Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, Berkebinekaan global, Bergotong royong, Mandiri, Bernalar kritis, Kreatif. Penerapan P5 ini didasarkan pada kebutuhan masyarakat atau permasalahan di lingkungan satuan pendidikan. Artinya, para pelajar diajak untuk belajar dari lingkungan sekitarnya.
Dengan kata lain, pelajar diberi kesempatan untuk 'mengalami pengetahuan'. Sebagaimana ditegaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa anak-anak mesti didekatkan hidupnya kepada kehidupan rakyat agar mereka tidak hanya memiliki pengetahuan saja, tapi bisa mengalaminya sendiri.
Saat bersekolah, saya merasakan peran penting Pancasila dalam membentuk karakter dan identitas saya sebagai individu. Contohnya saja dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, kami diajarkan tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila, seperti toleransi dan keadilan. Kemudian ketika mengikuti kegiatan organisasi siswa (OSIS) kala itu  mengajarkan kami tentang gotong royong dan kerjasama. Kami sering melakukan kegiatan sosial, seperti bakti sosial dan kerja bakti di lingkungan sekitar, yang mencerminkan prinsip-prinsip Pancasila.
Setelah menyelesaikan pendidikan di jenjang S1, saya melanjutkan ke Pendidikan Profesi Guru (PPG). Di sinilah saya mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana mengintegrasikan Pancasila dalam proses pembelajaran. PPG memberikan kesempatan untuk mendalami setiap sila Pancasila dan bagaimana sila-sila tersebut dapat diterapkan dalam konteks pendidikan. Saya belajar bahwa Pancasila bukan hanya doktrin, tetapi juga nilai yang hidup dalam praktik sehari-hari.
Saya belajar tentang pentingnya pendidikan karakter dalam kurikulum. Melalui pengalaman ini, saya menyadari bahwa guru memiliki peran sentral dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada siswa. Kami didorong untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pengembangan karakter siswa.