Mohon tunggu...
Ahmad Sakti
Ahmad Sakti Mohon Tunggu... -

luwes aja

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kuhianati Suamiku Gara-gara Facebook (Kisah Nyata)

15 Maret 2011   09:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:46 10640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kukhianati Suami Gara-gara Facebook
Pernikahanku dengan Rudi (samaran) sudah memasuki tahun ke 10.
Selama itu hubunganku dengan Rudi sangat harmonis. Apalagi dengan
kehadiran tiga buah hati kami.

Namun, petaka di dalam keluargaku mulai muncul tatkala aku mengenal
facebook (FB). Gara-gara jejaring sosial inilah impianku untuk
membangun rumah tangga yang utuh berantakan. Aku yang sehari-hari
hanya sebagai ibu rumah tangga tergoda dengan rayuan lelaki lain
melalui FB.
Cerita ini berawal ketika 2009 lalu aku diperkenalkan oleh suamiku
tentang facebook. Saat itu, aku yang hanya bekerja di dalam rumah
seakan mendapat hiburan baru. Suamiku pun senang, karena melihat
diriku tidak bosan menjaga anak di rumah.
Sebulan mengenal facebook, aku menilai tak ada yang istimewa pada
jaringan sosial ini. Namun, setelah mengenal chat (ngobrol), aku
mulai menikmatinya. Apalagi banyak yang ingin berkenalan denganku.
Baik itu laki-laki, maupun ibu-ibu.
Wajahku memang ayu. Kulitku putih bersih. Saat ini usiaku sekitar 34
tahun. Aku memasang foto profil yang cukup menarik di facebook.
Mungkin ini yang membuat banyak orang yang tertarik untuk berkenalan
lebih jauh denganku.
Dari sekian banyak lelaki yang menyapa aku di facebook, ada beberapa
lelaki yang mengaku tertarik kepadaku. Walaupun saat itu aku
mengatakan bahwa aku sudah punya anak dan suami. Sehingga, mereka
tidak pantas untuk menyukaiku.
Awalnya aku bertekad untuk tidak tergoda dengan bujuk rayu sejumlah
lelaki di facebook. Namun, setelah aku mengenal Salam (samaran),
semuanya berubah. Salam adalah salah satu pejabat di perusahaan BUMN
di Sulsel. Salam betul-betul mampu menggoyahkan imanku. Bahasanya
yang santun, dan caranya ia memerhatikanku di facebook telah membuat
hati ini luluh.
Setiap hari kami ngobrol lewat facebook. Bahkan kami saling bertukar
pikiran tentang rumah tangga kami masing-masing. Ya...boleh dibilang
kami saling curhat-curhatan. Dari sinilah perasaan aneh muncul, baik
saya maupun Salam. Akhirnya, salam menyatakan sayangnya lewat chat
dan ingin berjumpa denganku.
Aku yang sejak awal sudah tertarik dengan Salam tak mampu
menolaknya. Namun, aku masih malu-malu menyatakan suka kepadanya.
Setelah sekian bulan hanya chat di facebook, kami pun sepakat untuk
bertemu. Kami kemudian melakukan pertemuan di salah satu restoran di
bilangan Makassar bagian barat. Saat itu Salam datang seorang diri,
sementara aku membawa anak bungsuku. Walaupun, aku menyukainya, aku
tak ingin pertemuan kami menimbulkan fitnah.
Perasaanku deg-degan saat bertemu dengan Salam. Ia pun menyapaku
dengan suara berat. Ada yang lain muncul di dalam hatiku. Di tempat
itu, Salam pun kembali menyatakan ketertarikannya kepadaku. Akupun
menyatakan hal yang sama.
Pertemuan dengan Salam di restoran tersebut bukanlah hal yang
terakhir. Sejak pertemuan itu, kami pun sering janjian untuk
bertemu. Bahkan, kadang, aku bertemu dengan Salam seorang diri tanpa
membawa anakku. Kebetulan di rumah aku memiliki seorang pembantu
rumah tangga.
Rupanya, inilah awal dari keretakan rumah tanggaku dengan Rudi. Aku
sudah mulai jarang di rumah tanpa sepengetahuan Rudi. Maklum, setiap
hari Rudi bekerja mulai dari pagi hingga malam. Sementara, kadang
aku selalu bertemu dengan Salam dari siang hingga sore.
Salam telah membuka mataku tentang indahnya dunia ini. Ia mengajak
aku shopping, wisata kuliner, dan mendatangi tempat-tempat hiburan
lain. Ini semua kulakukan tanpa harus mengeluarkan duit. Aku
seakan-akan sudah terjebak dalam kehidupan foya-foya.
Walaupun aku sering foya-foya dengan Salam, sikapku di rumah tetap
seperti biasa. Aku tetap melayani suamiku ketika ia baru pulang dari
kantor. Termasuk mengurus pakaian dan makanannya saat ia akan ke
kantor di pagi hari.
Setelah jalan bareng dengan Salam selama dua bulan, aku pun tak
mampu menolak ajakan Salam untuk bertemu di hotel. Saat itu Salam
sudah membooking satu kamar di salah satu hotel berbintang di
Makassar. Sekitar pukul 11.00 Wita aku datang menemuinya di kamar
itu. Setelah kami berbincang-bincang selama beberapa menit, aku tak
kuasa ketika Salam memeluk tubuhku. Akhirnya, aku pun terjebak, dan
rela melakukan hubungan suami istri dengan lelaki yang bukan suamiku
sendiri.
Sejak peristiwa itu, kami sering melakukannya, dari satu hotel ke
hotel yang lain. Aku pun begitu menikmati kehidupanku ini. Namun, di
hatiku setiap hari berteriak. Aku tak rela mengkhianati suamiku yang
sudah memberiku tiga orang anak. Apalagi ia begitu baik dan begitu
memercayaiku. Ia pun sangat disenangi oleh keluargaku.
Aku ingin lepas dari kehidupan Salam yang harus kuakui telah memberi
warna baru dalam hidupku. Ia pun mengaku tulus mencintaiku. Di
depanku juga ia mengaku berdosa telah mengkhianati istrinya. Tapi,
ia pun tak bisa meninggalkanku.
Bulan berganti bulan, kehidupanku tak ada yang berubah. Aku pun dan
Salam masih tetap jalan bareng. Bahkan, aku semakin takut
kehilangannya.
Namun, peribahasa yang mengatakan, sepandai-pandainya tupai melompat
pasti akan jatuh juga telah terbukti kepada diriku.
Sepandai-pandainya aku menyembunyikan hubungannya dengan Salam,
akhirnya ketahuan juga oleh suamiku. Aku, ketahuan selingkuh setelah
suamiku membaca SMS Salam yang berisi kata-kata mesra. Ia pun
memaksa aku untuk mengaku.
Aku saat itu tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi suamiku langsung
menghubungi nomor ponsel Salam. Awalnya Salam membantah, dan
mengatakan bahwa ia dan diriku hanya berteman. Namun, setelah
diancam oleh suamiku, Salam mengakuinya dan meminta maaf.
Namun, suamiku sudah terlanjur sakit. Ia pun langsung menceraikanku.
Saat ini aku, dan Rudi masih dalam tahap perceraian. Namun, dalam
doaku setiap selesai shalat aku memohon maaf kepada Allah SWT,
kepada suamiku, kepada anak-anakku dan kepada keluargaku karena aku
telah menyia-nyiakan cinta mereka. Aku ikhlas menerima ini semua
atas konsekuensi dari perbuatanku sendiri. Namun, aku masih tetap
berharap untuk bisa kembali bersama dengan Rudi, dan akan aku
buktikan untuk menjadi istri yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun