Sekarang menuju Irak. Menggunakan pesawat terbang dari kota Mashad. Negeri para Nabi dan wali Allah. Banyak cerita tentang negeri ini. Mulai dari peradaban kuno Mesopotamia sampai kejayaan peradaban Islam Dinasti Abbasiyyah dan kejatuhan pemerintahan Saddam Hussein yang berakhir dengan cara digantung. Amerika dan sekutunya berada dibalik kehancuran pemerintahan Irak pasca Saddam Hussein.
Di negeri ini, kami memasuki Najaf Asyraf yang tanahnya menyelimuti jasad suci Imam Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah. Juga para sahabat dekatnya pun dibumikan di Najaf. Lokasi pertama yang dikunjungi yakni masjid sekaligus makam Kumayl bin Ziyad.
Kaum Muslim pecinta Ahlulbait mengetahui sosok Kumayl. Sahabat Imam Ali ini diajari doa Nabi Khidir as. Kumayl diburu oleh penguasa. Berhasil menghindar dari mereka, tapi kaum dan keluarganya ditawan. Kumayl menyerahkan diri kemudian dibunuh oleh penguasa Dinasti Umayyah. Sejarah mengisahkan Kumayl popular karena tiap malam Jumat doa (Kumayl) sering dibaca oleh Muslim pecinta Ahlulbait di seluruh dunia.
Berlanjut ke Karbala. Di sini memulai arbain walk (long march menuju Haram Imam Husain as dan Abu Fadhl Abbas). Kami start pada pilar (tiang) 573. Di tempat ini istirahat sekira sembilan jam. Karena cuaca terik panas, maka memilih jalan pada malam hari. Kami berjalan sampai tiang 953. Terasa melelahkan. Telapak kaki, betis dan paha serta pinggang terasa sakit. Meski terasa sakit, tetapi sedikt terobati rasa lelah tersebut dengan suasana maukib yang membangkitkan energi.Â
Di sisi kanan dan kiri jalan ada banyak maukib yang menyajikan makanan dan minuman serta persinggahan untuk istirahat. Para peziarah tidak perlu khawatir dengan urusan makan dan minum, warga Irak dan volunter menyediakan untuk para peziarah. Pemiliknya merasa senang jika maukib dikunjungi, disinggahi, dan sajiannya dinikmati peziarah.
Saat istirahat di maukib, di antara peziarah yang bersamaan istirahat bertegur sapa. Bahasa Inggris dan Arab menjadi penyambung komunikasi antara peziarah dari berbagai negara. Saya sempat bertegur sapa dengan peziarah Iran, Eropa, Bashrah, Arab Saudi, Irak, Pakistan, dan lainnya. Ada yang ngajak komunikasi dengan pakai media transliterasi telepon genggam.
Bisa dikatakan bahwa kecintaan kepada Rasulullah saw dan Ahlulbait menyatukan Muslim dari berbagai negeri. Mereka bersama-sama bergerak menuju Haram Al-Husain as sebagai tujuan yang dituju peziarah.
Seorang kawan perjalanan menyampaikan sekira 21 juta orang hadir di Karbala, pasti termasuk kami dari Indonesia. Di perjalanan menuju Karbala, ada maukib atasnama Singapore, Malaysia dan Indonesia. Pada perjalanan kembali dari nomor tiang 593 kemudian istirahat di Maukib Syahidullah, tiang 953.
Berlanjut hari kedua. Melangkahkan kaki pada malam hingga siang. Mulai tiang 953 sampai 1400an, gerbang jalan menuju Haram Al-Husain as. Di area tersebut, para peziarah sudah berkumpul dan hilir mudik. Orang-orang berjalan menuju haram dan ada yang pulang dari haram. Lautan manusia bergerak. Datang dan pergi. Saat berjalan menuju haram, supaya tidak terpisah, rombongan kami berjalan perlahan dipandu Dr Sayyid Nabil (warga Irak) yang sehari hari beraktivitas sebagai dosen. Sayyid Nabil ini sahabat dekat amir ziyarah kami dan membantu perjalanan hingga ke haram Imam Husain dan haram Abu Fadhl Abbas.
Di Karbala, kami menginap pada rumah tempat bermukim orang Singapore, Malaysia, dan Pakistan. Meski tak saling kenal, tetapi kami sama sebagai peziarah dan dapat berbagi makanan atau minuman. Ukhuwah terwujud dan dirasakan manfaatnya. Saudara kami dari Singapore atau Malaysia (lupa lagi) berempat naik mobil menelusuri jalan darat dengan waktu sekira satu bulan penuh. Parkir terakhir di perbatasan Irak. Pulangnya pun menggunakan mobil yang sama menuju ke negerinya. Semangat ziarah kepada Al-Husain as menjadi daya penggerak mereka untuk melawan keterbatasan.Â
Alhamdulillah, dari penginapan ke haram Imam Husain dan Abu Fadhl Abbas cukup dekat sehingga bisa bolak balik ziarah. Jika pagi hari ke haram kemudian kembali ke penginapan. Siang atau sore muncul keinginan untuk kembali ke haram lagi. Kembali berdesakan menuju area makam Al-Husain dan Abu Fadhl Abbas. Jika siang hari ke haram, malam hari ada keinginan untuk ke haram lagi. Seperti magnet. Itulah yang terasa. Meski berdesakan, beradu body dan terseret arus orang-orang di haram, tidak kapok. Ingin lagi ziarah kembali ke haram untuk ziarah. Â Â
Masih di Karbala, guru kami memandu ziarah ke Al-Mukhayyam, yang menjadi lokasi kemah-kemah Keluarga Rasulullah saw. Pada tempat tersebut, Sayyidah Zainab dan keluarga Al-Husain menjadi saksi tragedi 10 Muharram. Lokasinya berada di sekitar Haram Al-Husain. Dalam haram, ada jejak tempat dipenggalnya Al-Husain oleh Syimr bin Dzil Jausyan.
Saat berkeliling di area haram, sejarah tragedi Karbala membayangi pikiran. Rekonstruksi peristiwa asyura hadir menghiasi ziarah. Terbayang bagaimana duka nestapa menimpa keluarga Rasulullah saw. Derita bertambah kala Sayyidah Zainab, Imam Ali Zainal Abidin, putri-putrinya digiring musuh menuju Suriah. Kepala Al-Husain dan sahabat-sahabatnya yang gugur ditancapkan pada tombak. Diarak menuju Kufah kemudian Damaskus (Syam). Diperkirakan 1032 km.Â
Setelah sampai di istana Yazid bin Muawiyyah (penguasa yang menjadi dalang dari tragedi Karbala), kafilah keluarga Rasulullah saw kembali lagi ke Karbala, yang bertepatan hari ke 40 dari peristiwa asyura. Imam Ali Zainal Abidin menyatukan tubuh dan kepala ayahnya, Al-Husain, dan menguburkannya.
Bertepatan dengan hari ke 40 itu, sahabat Jabir Al-Anshari tiba di Karbala dan menziarahinya. Perjalanan menuju Karbala untuk menziarahi cucu Rasulullah saw ini menjadi momentum long march. Tiap tahun, dari 10 Muharram hingga 20 Shafar, para pecinta Ahlulbait berdatangan dengan jalan kaki menuju makam Al-Husain as.
Longmarch arbain menjadi upaya untuk merasakan betapa pedih, getir dan tersiksanya keluarga Al-Husain cucu Rasulullah saw oleh musuh. Mereka sabar dan tawakal. Bolak balik dari Karbala ke Syam. Dari Syam kembali ke Karbala. Dengan jalan kaki dan kuda-kuda tanpa pelana. Dihina dan diperlakukan sewenang wenang. Sejarah mengisahkan penderitaan Ahlulbait Rasulullah saw menjadi modal lahirnya gerakan kemanusiaan dan perlawanan pada kezaliman serta hadirnya para pejuang Islam yang bergerak dalam gerakan pembelaan pada keluarga Rasulullah saw yang dikomandani Mukhtar Tsaqafi.Â
Dari longmarch ini bisa diambil hikmah bahwa umat Islam perlu belajar dari keluarga Rasulullah saw dalam sikap, moral dan kesabaran dalam menanggung derita yang menderanya. Kemudian dengan kesadaran bersama jamaah, segala keterbatasan akan sirna dan menjadi kekuatan umat. Dari Karbala harusnya umat Islam dunia sadar bahwa kini ada Karbala modern yakni Palestina yang menunggu gerakan bersama melawan kezaliman. Ini harusnya dilakukan umat Islam.
Perjalanan selanjutnya ke Najaf. Bergerak menggunakan kendaraan bus menuju Samarra dan Kazhimain. Di Kazhimain menziarahi Imam Musa Kazhim as dan Imam Muhammad Taqi as. Antara Samarra dan Kazhimain berziarah kepada Sayyid Muhammad bin 'Ali al-Hadi. Di Samarra menziarahi Imam Ali Al-Hadi as, Imam Hasan Askari as, Bunda Hazrat Narjis, Bibi Hazrat Hakimah, dan Sardab Imam Zaman (goa tempat gaib Imam Mahdi). Area Samarra cukup jauh dari parkir bus. Banyak bangunan bekas tembakan. Temboknya seperti bekas hancur. Kabarnya area Samarra, tempat dikebumikan Imam Hasan Askari dan Ali Al-Hadi, ini pernah diserang ISIS hingga kubah emas pun hancur. Tidak lama kemudian dibangun kembali dengan biaya dari para pecinta Ahlulbait. (bersambung)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H