Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Orang kampung di Kabupaten Bandung. Sehari-hari memenuhi kebutuhan harian keluarga. Beraktivitas sebagai guru honorer, editor and co-writer freelance, dan bergerak dalam literasi online melalui book reading and review.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Merenungkan Manusia

29 Juni 2024   19:57 Diperbarui: 29 Juni 2024   20:32 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Usia kian berkurang. Nikmat dunia makin berkurang. Belum ada yang memastikan batasnya sampai kapan.

Kiamat menjadi tanda berakhirnya. Seiring dengan waktu yang bergerak menuju Kiamat, manusia dari detik dan menit serta jam dan hari saling berganti yang mengisi. Inilah kehidupan dunia. Hanya dalam ruang dan waktu. Ada jiwa, tetapi yang dominan menjalani dunia hanya raga. Itu pun digerakkan jiwa.

Lahir bayi kemudian remaja, dewasa, tua, dan mati. Seiring dengan banyak yang lahir, banyak pula yang mati. Tidak bisa diperkirakan seimbang tidaknya antara yang lahir dan mati. Mungkin lebih banyak yang mati atau sebaliknya. Ini misteri yang perlu dicari kebenarannya.

Kalau diperhatikan kebutuhan dasar hidup manusia di dunia terdiri urusan perut, seksual, dan tempat tinggal. Dari hal itu manusia berlomba memenuhinya. Bekerja secara halal, bahkan haram pun disamarkan. Itu diupayakan dalam rangka bertahan atau mempertahankan keberadaannya di dunia. Aspek fisik/ragawi dipenuhi maksimal. Sampai melampaui kebutuhan primer. Lebih rakus dari binatang. 

ya, Manusia beda dengan binatang dan tumbuhan. Namun dari ragawi mirip tumbuhan butuh berkembang dan menumbuhkan tunas baru untuk generasi selanjutnya. Begitu pun binatang tak jauh beda. Seakan dunia tak boleh berakhir sehingga harus diisi dan dikelola dengan tingkat kebutuhan maksimal dan optimal.

Meski sadar bahwa manusia bukan penentu batas akhir kehidupan dunia, tapi terus saja manusia melampaui batas. Melanggar norma dan ketetapan Ilahiah. Pedoman kadang diabaikan dan menganggap akal, hati, dan pengalaman dianggap lebih menjamin keberlangsungan hidup. Informasi agama diabaikan, bahkan ditentang. Ini persoalan yang mesti diperhatikan manusia yang hidup di masa kini. Sadarkah? *** 

(ahmad sahidin)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun