Sudah lama tak menulis. Lama pula tak membaca buku secara serius dan tuntas. Entah apa yang merasuki diri ini, daya minat untuk baca dan menulis tak sekencang saat sebelum pandemi. Tentu ini mungkin faktor kejenuhan dan media sosial yang serba visual yang mudah diakses dan serba instan. Satu contoh ChatGpt.
Murid dan mahasiswa tak perlu susah cari referensi suatu tema untuk menulis tugas dan makalahnya cukup ajukan pertanyaan pada mesin telusur chat gpt. Kurang dari lima menit langsung muncul jawaban yang diinginkan. Sayangnya kadang tak cantumkan referensi dan pernah diuji dengan permintaan menyebut satu profil sekolah di Bandung dan ternyata salah. Dari sini saya mulai meragukan akurasi chat gpt. Untuk yang spesifik dan non abstrak, chat gpt tak bisa diandalkan. Karena itu, saya senantiasa bandingkan informasi chat gpt dengan buku rujukan atau tabayun pada ahlinya.
Selanjutnya, yang ingin disampaikan, adalah kasus Al-Zaytun. Sudah lama dan baru sekarang dimunculkan. Ini menarik secara sosiologi dan politik. Sampai beking para jenderal disebut. Guru saya bilang bahwa sebentar lagi pemilu 2024. Semua yang terkait dengan politik pasti akan viral. Yang terkait dengan agama yang non mainstream pun akan diramaikan kalau saling terkait dengan tokoh-tokoh politik, yang kelak meramaikan pentas pemilu 2024. Perlu kejernihan dan waspada serta bijak melihat situasi kekinian. Saya pun hanya menonton saja pergumulan agama, politik, ekonomi dan carut marut pengelolaan haji tahun ini.
Terakhir, barangkali ada yang minat untuk memberikan pencerahan pada saya. Pada satu malam saya mimpi bertemu guru besar. Beliau kini almarhum. Tiba-tiba saja saya diajak beliau untuk melihat satu tempat yang tinggi dan indah. Lalu beliau bilang: "Tuh banyak tangga. Pilih satu saja nanti juga bisa naik.Â
Saya duluan sudah ditunggu tuh di sana," ucapnya sambil menunjuk pada tangga yang banyak dinaiki ulama dan cendekiawan ternama. Saya terbangun. Saya renungkan makna dari mimpi tersebut. Sambil termenung, saya mulai ingat lagi dengan mimpi beberapa hari setelah wafat guru besar. Beliau menyapa dan memegang tangan saya. Saya ikut saja berjalan. Tiba depan sungai besar. Beliau berkata: "Sampai di sini saja ya. Tuh ikut ke sana," katanya sambil menunjuk pada putranya yang berjalan menuju masjid. Saya terbangun dan lagi-lagi tidak mengerti dengan mimpi tersebut. Barangkali ada yang berkenan memberi makna! Hatur nuhun. Cag! *** (ahmad sahidin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H