Alhamdulilah, baru saja saya tuntas baca buku Tafsir Sufi Al-Fatihah karya Jalaluddin Rakhmat (yang dikenal dengan sapaan Kang Jalal). Penerbitnya Rosdakarya Bandung. Saat kuliah di UIN SGD Bandung saya lihat bukunya di perpustakaan. Saya buka-buka dan menarik dari judulnya terkait dengan sufi. Saya ingin memilikinya. Setelah punya uang untuk beli buku, saya cari di Palasari Bandung.Â
Ketemu bukunya dibaca sampai tuntas dari halaman awal sampai akhir. Kemudian buku tersebut saya serahkan kepada ayah saya (kini almarhum). Dibaca olehnya dan sempat bilang susah dipahami isinya. Saya pun tidak menangkap pengetahuan dari buku tersebut. Pasalnya yang dibaca itu genre tafsir dan sufi, yang masa kuliah tidak saya pelajari maklum beda bidang studi yang ditekuni, sehingga benar-benar baru dan banyak idiom yang harus dipelajari dari kamus. Karena itu, sekira tahun 2003 buku Tafsir Sufi Al-Fatihah ini tersimpan di antara tumpukan buku. Kemudian akhir Mei 2021 baru saya baca lagi.
Bagaimana hasil baca buku ini? Pertama saya kagum kepada Allahyarham Kang Jalal dengan background ilmu komunikasi, tetapi piawai dalam khazanah ilmu-ilmu Islam tanpa harus lama nyantri di pesantren dan madrasah diniyyah, atau kuliah di perguruan tinggi agama Islam. Bahkan dari pendidikan dasar hingga master tidak tercantum menempuh pendidikan agama secara formal.Â
Namun hanya menempuh nonformal saat sekolah dasar ngaji ke seorang kyai dan pernah nyantri sebentar di Iran. Hanya itu yang diketahui dari biografinya yang tersebar di internet.Â
Saya duga Kang Jalal lebih banyak dapat ilmu dari membaca buku, termasuk kitab-kitab berbahasa Arab pun dipelajarinya otodidak.Â
Ini saya kira luar biasa. Orang yang belajar di pesantren ditambah masuk universitas keagamaan pun pengetahuan keagamaannya tidak akan melebihi kemampuan menyerap ilmu seperti Kang Jalal. Pasti sangat tekun proses belajar (mandiri) yang ditempuhnya sampai pendidikan S3 ditempuh di luar bidang keahliannya. Kang Jalal menuntaskan doktor bukan bidang komunikasi, tetapi disiplin ilmu dirasah Islamiyyah dengan studi pemikiran Islam di UIN Alauddin Makassar.
Kedua bahwa sesuai dengan anak judul bukunya "Tafsir Sufi Al-Fatihah" ini masih pengantar (Mukadimah). Sampai diujung hayatnya tidak melanjutkan buku tafsir sufi ini. Benar kata orang bahwa beliau spesialis pengantar. Meski demikian, justru dengan pengantar ini para pembaca (awam seperti saya) oleh Kang Jalal dikenalkan pada khazanah ilmu agama Islam yang luas dengan mengangkat khazanah yang langka dikupas di tingkat masjid maupun pesantren.Â
Kang Jalal berani menyampaikan wawasan keilmuan, yang oleh para ulama terdahulu pun diperdebatkan dan dianggap nyeleneh yakni tafsir sufi. Untuk idiom tafsir saja perlu kajian khusus dan tidak sembarang orang mempelajari, bahkan menghasilkan (karya) tafsir. Tafsir Alquran sangat khusus dan kajian sufi (tasawuf) pun bersifat khusus.
 Dua bidang ilmu agama ini tidak sembarang orang bisa menguasainya. Dua disiplin ilmu tersebut biasanya disajikan pada masa dahulu oleh para ulama ternama seperti Al-Ghazali, Ibnu Arabi, Mulla Shadra, dan lainnya. Mereka ini dari masa kecil hingga dewasa berkecimpung, bahkan menekuni ilmu-ilmu agama Islam. Bisa dikatakan fokus studi dan background mereka selaras, sehingga karya yang dihasilkan pun sesuai dengan bidang keahliannya. Sedangkan Kang Jalal dengan penjelajahan pustaka berupa kitab maupun buku berbahasa asing non-Arab dapat dikatakan berhasil menyajikan karya bacaan untuk Muslim Indonesia.
Ketiga bahwa buku ini belum masuk pada interpretasi ayat suci Alfatihah. Buku ini baru menyoal seputar tafsir, ta'wil, tafsir bil ra'yu yang benar dan yang tidak dibenarkan, pemecahan kontradiksi ayat mutasyabihat, kontroversi ayat yang digunakan kaum Jabariyah dan kaum Qadariyah yang seolah tidak bertitik temu. Kemudian dikupas juga nama-nama surah Alfatihah, fadhilah, dan manfaat praktis dari surah Alfatihah untuk kehidupan manusia. Dari bagian ini menarik ternyata Alfatihah merupakan ayat yang khusus diberikan oleh Tuhan kepada Rasulullah Muhammad Saw. Nabi sebelumnya tidak diberikan. Meski potongan bismillah dan a'udzu billah diterima oleh Nabi lainnya, bahkan tidak dicantumkan pada kitab-kitab sebelumnya.
Buku ini memang mukadimah karena yang ditafsirkan belum masuk pada ayat-ayat surah Alfatihah. Yang dikupas hanya pendapat mufassir yang bercorak sufistik berupa isti'adzah yakni a'udzu billahi minasy syaithaanir rajiim. Kalimat pembuka dalam ngaji Alquran ini dibahas dari varian kalimatnya, makna dari setiap kata, maksud dan manfaat darinya serta disajikan ucapan isti'adzah dari keluarga Rasulullah Saw dan Nabi sebelumnya.