Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer

Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalaman Guru, Daring, dan Penyiapan Bahan Ajar

10 Oktober 2020   11:24 Diperbarui: 12 Oktober 2020   09:03 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahmadsahidin12-dokpri

Dari kegiatan mengkonsep bahan pembelajaran daring, bikin video dan editing hingga memasukkan e-learning memerlukan waktu seharian. Dari jam sembilan pagi bisa beres sampai jam tiga sore (termasuk makan siang dan shalat). Itu waktu yang habis, hanya untuk membuat satu video yang digunakan dalam satu pertemuan dengan durasi tidak lebih dari lima belas menit. Benar-benar terasa melelahkan. Kebayang untuk guru yang memegang dua sampai tiga mata pelajaran. Pasti waktunya habis untuk menyiapkan daring saja. Tapi ada juga cara gampang, yaitu ambil saja video di youtube mengenai pembelajaran. Namun itu tidak saya lakukan. Sebab dengan membuat video sendiri menunjukkan adanya aktivitas dan kreativitas serta dalam rangka belajar juga. Sehinggga pengetahuan dan keterampilan menjadi bertambah. Meski hasilnya kurang bagus. Yang penting ada karya dalam pembelajaran daring ini.

Oh, iya. Karena waktu kerja saya di sekolah hanya tiga hari dan mengajar pun tiga level, sehingga dua hari kerja digunakan untuk menyiapkan pembelajaran sekira tiga video. Sebab satu harinya digunakan kegiatan daring materi yang disajikan melalui e-learning. Memang sesekali juga saya buat video di rumah saat senggang waktu. Hanya saja kalau dikerjakan di rumah maka tidak akan dicatat masuk jam kerja. Jadi mesti dikerjakan di sekolah dan memaksimalkan waktu kerja. Jangan sampai waktu kerja tidak digunakan untuk produktivitas dalam pendidikan. 

Oh, iya. Saat kegiatan daring (berlangsung melalui e-learning) ternyata tidak bisa dilepas begitu saja. Harus dipantau untuk melihat murid yang hadir dan tidak. Jika tidak hadir maka segera mengkontak murid atau melalui orangtuanya melalui walikelasnya. Kemudian hasil pengerjaan soal latihan murid pun harus dianalisis sehingga diketahui capaian murid dalam menyerap pengetahuan yang disampaikan. Selanjutnya dibuat laporan tiap pertemuannya. Begitulah kegiatan pendidikan dengan pembelajaran daring yang saya lakukan sebagai guru. 

Tentang daring ini, seorang dosen pernah mengeluh. Menurutnya lebih besar energi dan waktu serta modal finansial yang keluar dibandingkan pembelajaran tatap muka biasa. Memang begitu yang saya rasakan pula. Tentu guru lain punya pengalaman yang tak jauh beda dengan yang saya lakukan dalam pembelajaran daring ini.

Belajar daring dan non daring memang ada plus minusnya. Hanya saja satu keuntungan dari daring, guru dapat menjadikan video-videonya sebagai bank bahan ajar. Saat nanti tatap muka maka video masih tetap akan berguna dalam kegiatan pembelajaran. Semoga pandemi ini cepat berakhir dan kita semua sehat. Aamiin. *** (ahmad sahidin, guru honorer di salah satu sekolah swasta)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun