C. Snouck Hurgronje, seorang orientalis Belanda. Ia dikenal punya keahlian dalam studi Islam, terutama hukum Islam. Sehingga oleh Kolonial Belanda ditugaskan sebagai penasihat urusan terkait kaum pribumi Indonesia. Tentu ada banyak cerita tentang sosoknya mulai dari belajar di Makkah dengan ganti nama kemudian bersahabat dengan ulama di Tatar Sunda.
Snouck sebagai pakar ketimuran menulis karya "Mohammedanism: Lectures on its Origin, its Religous and Political Growth, and its Present StatePutman" tahun 1916. Karya ini kini diterjemahkan dengan judul "Muhammadanisme" dan diterbitkan Ircisod Yogyakarta tahun 2019. Tebal buku 142 halaman. Tersaji dalam empat bagian, yaitu asal usul Islam, perkembangan agama Islam, perkembangan politik Islam; kemudian tentang Islam dan pemikiran modern.
Hal menarik dari uraian dari Snouck tentang poligami yang mengutip beberapa pendapat ulama. Menguraikan juga opini orientalis lainnya yang bersikap subjektif terhadap kehidupan Nabi Muhammad Saw dan berupaya menuduh agama Islam sebagai agama yang mendorong konflik dengan sesama manusia, bahkan dengan keluarga.
Dari uraian tentang pemikiran Islam modern, seakan Snouck mendukung gerakan purifikasi atau pembaruan dalam beragama digaungkan kaum pembaru di Timur Tengah abad 18-19 Masehi. Kemudian ada juga uraian terkait Syiah dan keyakinan akan hadirnya Al-Mahdi. Itulah isi buku yang menempel pada memori saya sebagai hasil membaca buku Muhammadanisme.
Terakhir, awalnya saya mengira Snouck menulis tentang sejarah Nabi Muhammad Saw pada buku tersebut. Ketertarikan saya pada judulnya karena melekatkan nama Muhammad. Ternyata tidak seperti yang disangka, Snouck menulis yang dipahaminya tentang Islam dan sejarah umat Islam yang dibaca serta praktik atau kehidupan umat Islam yang dilihatnya di Makkah dan Indonesia.Â
Mungkin karena faktor teologi Nasrani yang diyakininya menamai agama Islam dilekatkeun pada pembawanya. Sehingga agama Islam disebut  Muhammadanisme. Dengan istilah itu saya menebak bahwa Snouck anggap seluruh ajaran Islam yang diyakini, dipahami, dan dipraktikan dalam kehidupan umat Islam dari sejak wafat Rasulullah Saw sampai abad 19 Masehi adalah dibuat dan diciptakan oleh Muhammad bin Abdullah.Â
Nah, ini khas cara pandang orientalis yang ingin menempatkan Islam bukan agama universal dan Ilahiah; tetapi sebagai agama yang berasal dari seorang  Arab bani Quraisy di Makkah. Saya kira ini kesalahan dari seorang Snouck dalam memahami agama Islam dan sumber doktrinnya.
Mohon maaf bila tidak mendalam dalam menguraikan konten buku karya Snouck tersebut. Jujur saja buku terjemahan ini susah dicerna dan tidak mudah dipahami dengan sekali baca. Mungkin harus lebih dari satu kali baca bukunya. *** (Ahmad Sahidin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H