Terjadilah kerusakan dan fenomena alam. Sehingga orang zaman dahulu memperlakukan tumbuhan, barang-barang, dan ucapan  leluhur (nenek moyang) sebagai sakral.Â
Ada upaya perawatan melalui upacara dan dihubungkan dengan kekuatan gaib di luar manusia dan alam lahiriah. Sakralisasi tersebut bisa dimaknai sebagai upaya menjaga harmoni.
Terakhir, yang saya kagumi dari Pak Jakob ini, kemampuan membuat ilustrasi dan pemetaan dari setiap situs tinggalan urang Sunda baheula seperti Karang Kamulyan, Kawali, Salaka Domas, Candi Cangkuang, Kabuyutan Paku Haji, Gunung Padang, dan lainnya. Dihubungkan antara satu bagian artefak dengan artefak lainnya hingga diketahui garis tritangtu dari sebuah situs.Â
Posisi makam, batu menhir dan undakan serta sungai pun dihubungkan satu sama lain sehingga menjadi kompleks yang utuh dari sebuah situs budaya dan tempat ritual masyarakat Sunda baheula.Â
Hal ini tampak dari halaman dalam dan isi buku Struktur Filosofis Artefak Sunda dari setiap bab ada gambar yang dibuat dengan tangan sendiri. Kreatif dan imajinatif. Memang dua hal ini penting dalam konstruksi pemikiran seorang budayawan.
Dan buku tersebut terbit saat Prof Jakob genap usia 80 tahun. Di kampus ISBI Bandung, saya sempat bercakap dan mengucapkan selamat. Tidak lupa juga berterima kasih atas ilmu yang dibagikan melalui ceramah, diskusi, dan tulisan dalam artikel maupun buku. Saya banyak tercerahkan sekaligus mengetahui khazanah budaya Sunda melalui Prof Jakob Sumardjo.
Nah, itu yang saya dapatkan dari membaca buku Struktur Filosofis Arfetak Sunda. Semoga bermanfaat. Silakan baca bukunya kalau paham dengan yang saya tuliskan. Maklum baru sekali baca dan tuntas. Belum dicerna dengan baik. Maklum saya kurang dalam ilmu dan wawasan budaya. Hatur nuhun. *** (ahmad sahidin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H