Tahun 2011 buku berjudul "Mendaras Tauhid Mengeja Kenabian" terbit oleh Alhuda Jakarta. Penulisnya seorang pemimpin tertinggi di Iran: Sayyid Ali Khamenei. Seorang ulama yang banyak dirujuk dalam pemahaman agama dan politik Islam kontemporer, khususnya konteks perlawanan pada  penguasa Amerika. Kini pun Iran dalam politik internasional tetap melawan Amerika dan tidak mau tunduk.
Buku ini secara konten ada dua: tauhid dan kenabian. Disajikan dalam delapan bab. Beberapa bab diakhiri dengan tanya jawab.
Secara umum isi buku mengulas kalimat atau khotbah dari Imam 'Ali bin Abu Thalib as yang tersaji dalam kitab Nahjul Balaghah. Potongan kalimat dari Imam Ali as diuraikan dan dihubungkan dengan konteks historis para Nabi, masa Rasulullah saw, dan situasi yang dihadapi oleh penulisnya (Khamenei).
Meski dibaca secara perlahan sekira tiga hari, ternyata isi bukunya tidak mudah bisa dicerna uraiannya. Apalagi ini buku terjemah sehingga perlu diulang bacanya. Tidak tebal hanya 170 halaman. Banyak dicantumkan ayat  Alquran dan disebutkan cuplikan riwayat.
Ada tiga hal yang menempel pada benak saya. Pertama bahwa pesan dari para Nabi awal sampai terakhir adalah sama mengesakan Tuhan, mengajak orang menuju kepada Tuhan dan tidak melakukan perbuatan buruk yang merugikan diri maupun orang lain.
Kedua tentang peran Nabi dan manusia pewaris risalahnya di dunia ini adalah untuk memakmurkan bumi dengan cara yang benar dan menjadi hujjah bagi manusia lainnya. Sehingga manusia yang hidup setelah periode Nabi bisa mengenal kebenaran dan memahami teks Alquran berdasarkan penjelasan manusia suci yang mewarisi risalah Nabi.
Dan ketiga adalah tentang ulama dan peranannya. Mereka ini yang menjadi pembimbing manusia lainnya agar mengenal prinsip tauhid, kenabian, dan peran dari manusia suci setelah Rasulullah saw. Manusia suci ini dalam keyakinan Khamenei sebagai Imam yang juga merupakan yang diamanatkan Nabi untuk diikuti setelahnya.
Selain itu, Khamenei pun menyebutkan tentang Isa Almasih dan Almahdi yang kelak muncul sebelum Kiamat.
Hanya segitu saja yang nempel dibenak. Maklum baru baca sekali dan dibaca sampai tuntas. Mohon maaf hanya itu yang bisa saya bagikan. Ada baiknya yang minat dengan tema tauhid dan nubuwwah bisa membacanya. Saya sendiri meminjam buku tersebut dari perpustakaan. Terima kasih yang sudah membaca ulasan buku ini. *** (ahmad sahidin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H