Sebelum ajaran Islam datang atau tepatnya pada masa Arab Jahiliyah, masyarakat Arab tidak memiliki tradisi tulis-menulis sebagaimana peradaban lainnya, tapi bukan berarti tidak ada. Mereka lebih cenderung tradisi lisan dalam menyampaikan informasi, pengetahuan, dan cerita-cerita dari generasi ke generasi.
Datangnya Islam membawa perubahan banyak aspek pada pasyarakat Arab, salah satunya adalah kemajuan dalam aspek keilmuan atau intelektualitas yang mana mulai diabadikan dalam bentuk-bentuk tulisan. Hal tersebut di mulai dari ditulisnya ayat-ayat Al-Quran di pelepah-pelepah kurma, kulit binatang, bebatuan dsb. yang likakukan oleh para sahabat nabi Muhammad Saw. Tradisi menulispun dilanjutkan ketika zaman kekhalifahan dengan pengumpulan ayat-ayat Al-Quran yang telah ditulis maupun yang dihafal oleh para sahabat setelah itu dikompilasikan menjadi satu kesatuan mushaf Al-quran  pada masa khalifah Abu Bakar dan dibuatkan salinannya lalu dikirim ke daerah-daerah kekuasaan Islam pada masa khalifah Umar bin Khattab. Selanjutnya juga dilakukan pembukuan Hadits, yakni menulisakan hadits-hadits nabi yang telah dihafalkan oleh para sahabat hingga diteruskan pada pasa tabi'in maupun tabiut tabi'in. Hal ini yang dilakukan pada abad ke II Hijriyah pada masa khalifah Umar Bin Abdul Aziz.
Abu al-Aswad al-Du'ali (603-688 Masehi): Seorang pakar linguistik Arab dan salah satu tokoh awal dalam disiplin ilmu tata bahasa Arab. Ia memiliki peran utama dalam pembentukan prinsip tata bahasa Arab dan pengembangan metode pengajaran bahasa Arab. Selanjutnya tradisi menulis dalam Islam menjadi sangat kuat, dengan banyaknya ulama dan cendekiawan muslim yang menuliskan karya-karyanya dalam lembaran demi lembaran hingga menjadi kitab.
Sejarah telah mencatat bahwa menulis menjadi sebuah budaya tersendiri di kalangan ulama sekaligus intelektual muslim. Penghargaan dan penghormatan terhadap ilmu dilakukan salah satunya dengan mendokumentasi ilmu-ilmu tersebut dalam tulisan-tulisan yang menghasilkan berjilid-jilid kitab. Pada masa dinasti Bani Ummayyah mulai dilakukan pembangunan peradaban dan ilmu pengetahuan menjadi salah satu fokus utama yang digarap. Ilmu-ilmu yang sebelumnya hanya tersimpan dalam hafalan mulai ditulis dan dibukukan. Tradisi menulis terus dilakukan hingga dinasti-dinasti selanjutnya. Dan tidak sedikit karya dan penemuan-penemuan ulama dan intelektual muslim memberikan kontribusi terhadap kemajuan keilmuan di Barat, misalnya adalah Al Khawarizmi (bapak aljabar), Ibnu Sina (bapak kedokteran modern), Ibnu Al-Haytham (Alhazen) penemu ilmu optik, Al biruni (bapak Godesi), Al kindi (bapak filsafat Islam), AL farabi (penemu not music), dsb.
Diantaranya intelektual muslim yang menulis banyak kitab adalah
- ibnu Sina, juga dikenal sebagai Avicenna (980-1037 Masehi) menulis 450 karya dalam berbagai disiplin ilmu. Dia adalah seorang polymath (ahli banyak disiplin ilmu) Persia yang berkontribusi dalam berbagai bidang ilmu, termasuk filsafat, kedokteran, astronomi, kimia, matematika, dan logika. "Kitab al-Qanun fi al-Tibb" (The Canon of Medicine): Ini adalah karya monumental dalam bidang kedokteran yang menjadi salah satu referensi utama dalam ilmu medis selama berabad-abad di dunia Islam dan Eropa.
- Al-Ghazali (1058-1111 Masehi): Juga dikenal sebagai Imam Al-Ghazali, dia merupakan seorang intelektual dan ahli teologi terkemuka. Al-Ghazali telah menulis lebih dari 70 karya yang mencakup berbagai bidang, termasuk filsafat, teologi, etika, hukum, dan tasawuf (ilmu spiritual dalam Islam). Karyanya yang paling terkenal mungkin adalah "Ihya Ulum al-Din" (The Revival of Religious Sciences), sebuah karya monumental dalam tasawuf dan etika.
- Ibn Rushd (1126-1198 Masehi) menulis: Juga dikenal sebagai Averroes, dia merupakan seorang filsuf dan intelektual Andalusia yang juga menghasilkan banyak karya. menulis kurang lebih 67 karya yang meliputi filsafat, hukum, sains, dan penafsiran Al-Quran.
- Ibn al-Arabi (1165-1240 Masehi): Seseorang intelektual dan pemikir Sufi terkemuka, Ibn al-Arabi telah menciptakan lebih dari 800 karya. Karyanya meliputi berbagai tema, termasuk filsafat, sufisme, teologi, dan mistisisme.
- Nasir al-Din al-Tusi (1201-1274 Masehi): Seorang cendekiawan, ahli matematika, astrologi, dan pemikir terkenal dari Persia. Karya-karyanya melibatkan lebih dari 150 tulisan yang membahas berbagai disiplin ilmu, termasuk astrofisika, matematika, filsafat, dan teologi.
- Ibn Taymiyyah (1263-1328 Masehi): Seseorang ahli teologi dan cendekiawan yang kontroversial, ia juga merupakan penulis yang banyak menghasilkan karya terhitung hingga 500 jilid. Karya-karyanya meliputi berbagai topik dalam teologi, hukum agama Islam, politik, dan penafsiran Al-Quran.
- Ibn al-Nafis (1213-1288 AD): Seorang tabib, pakar ilmu anatomi, dan sarjana medis terkemuka. Dia memiliki banyak karya dalam bidang kedokteran, termasuk di antaranya "Sharh Tashrih al-Qanun" yang merupakan penjelasan atas karya "The Canon of Medicine" karya Ibnu Sina. Kurang lebih karyanya sebanyak 110 jilid.
Beberapa ulasan yang telah disebutkan merupakan gambaran bagaimana tradisi menulis dalam Islam itu sangat kuat, karena dengan tulisan-tulisan tersebut intelektualitas seseorang dapat tersalurkan dan memberi pengaruh yang besar untuk peradaban. Maka dari itu, tradisi menulis tidak boleh padam di kalangan umat Islam. Pramoedya Ananta Toer pernah  berkata "Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah. Helvy Tiana Rosa juga mengatakan bahwa "ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati, ia baru saja memperpanjang umurnya".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H