Mohon tunggu...
Ahmad Rofik
Ahmad Rofik Mohon Tunggu... Lainnya - Seneng Belajar

Sejak mahasiswa aktif pada organisasi intra (Koperasi Mahasiswa) dan ekstra kampus di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tahun 2000 telah memulai aktivitas kerelawanan dengan mendirikan Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) Surakarta. Oktober 2006-September 2009 bekerja sebagai District Facilitator Aceh Besar pada Australian Indonesia Partnership for Reconstruction and Development - Local Governance and Infrastructure for Communities in Aceh (AIPRD LOGICA), AusAID Initiative. Sejak akhir 2012 bergabung di PATTIRO Jakarta sebagai Monitoring dan Evaluasi Officer, Senior Program Manager Transparansi (2014), Senior Development Manager (2004 akhir- 2015). Di sela-sela waktu mengisi kerelawanan sosial sebagai Tim Fasilitator Pesantren Al-Muayyad Windan, Surakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mungkinkah Sinergisitas Sektor Swasta dengan Pemerintah dalam Tata Kelola APBD Dapat Lebih Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat?

29 Oktober 2010   00:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:00 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Catatan Pinggir Pengelolaan APBD

Setiap tahun Pemerintah Daerah (termasuk Pemerintah Kota Surakarta) disibukkan dengan aktivitas penyusuanan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).Harapan masyarakat pun (khususnya masyarakat rentan) cukup antusias, agar APBD mampu menyejahterakan warga.

Di Surakrata, pemerintah daerah merespon dengan sejumlah program peningkatan kesejahteraan antara lain: Program BPMKS (Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta), dan Program Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS), dan lain-lain.Namun setiap kali pula, Walikota selalu menyampaikan kepada masyarakat untuk tidak terlalu berharap banyak kepada APBD.Pernyataan itu tentu bukan berarti ingin membatasi partisipasi masyarakat dalam penyusunan APBD sehingga berpihak kepada masyarakat.

Kenyataannya memang jumlah APBD yang dikelola Pemerintah Kota Surakarta dalam tahun terakhir ini (2010) tidak lebih dari 1 Trilyun Rupiah, tepatnya Rp. 885.035.042.000 (Delapan Ratus Delapan Puluh Lima Milyar Tiga Puluh Lima Juta Empat Puluh Dua Ribu Rupiah).Angka tersebut lebih kecil dari anggaran yang dimiliki oleh satu perusahaan pabrik tekstil yang ada di sekitar Surakarta.Padahal di Surakarta ini terdapat puluhan perusahaan sebagai penggerak ekonomi kawasan ini.Pada posisi seperti itulah, sesungguhnya yang mensejahterakan masyarakat bukanlah APBD saja namun banyak ditopang oleh sektor swasta. Penulis yakin kenyataan ini tidak hanya dialami oleh Kota Surakarta, tapi juga terjadi pada kabupaten/Kota yang sedang mengalami perkembangan industri dan perdagangan terutama.

Dalam sebuah kesempatan Publik Hearing ”PATTIRO Surakarta Menuju Dasawarsa Kedua” (Senin, 4 Oktober 2010), Drs. Rachmad Wahydi, Akt. CPA. (akuntan publik di Surakarta) melontarkan gagasan bahwa pengelolaan APBD untuk kesejahteraan masyarakat oleh Pemerintah Kota Surakarta, semestinya tidak dilakukan sendiri;namun hendaklah bersinerge dengan sektor swasta, sehingga peningkatkan kesejahteraan masyarakat lebih bisa dikembangkan dan berkelanjutan.

Dalam bahasa penulis, selama ini APBD lebih banyak dikelola dalam ruang sunyi.Pemerintah bekerja mengelola keuangan itu sendiri dan sangat minim sinergi dengan sektor swasta di sekelilingnya.Padahal sudah pasti uang APBD itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kebutuhan untuk mensejahterakan warganya.Keterlibatan sektor swasta umumnya hanya pada pengerjaan proyek-proyek yang dalam mekanismenya harus melalui tender, atau juga penunjukan.Sektor swasta sebagai objek project, dan jumlahnya pun jaga tidak banyak sebatas para "pengincar tender."

Sebuah wacana baru sedang menggelinding, mungkinkah sinergisitas pemerintah dengan sektor swasta dalam tata kelola APBD dapat lebih meningkatkan kesejahteraan rakyat?Antara peluang dan tantangan untuk arah baru advokasi anggaran bagi masyarakat sipil dan sektor swasta, menuju tata kelola anggaran publik yang lebih berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun