Mohon tunggu...
ahmadriski anjali
ahmadriski anjali Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

konten edukasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Tan Malaka dan Kisah Hidup Tan Malaka

1 Juni 2022   12:10 Diperbarui: 1 Juni 2022   12:18 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Sejarah Tan Malaka 

Tan Malaka adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Namanya sangat melegenda, bahkan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Sukarno berdasarkan Keputusan Presiden RI No.53 yang ditandatangani pada 28 Maret 1963. Saking legendarisnya, kisah hidup pria bernama lengkap Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka ini pernah diteliti oleh sejarawan Belanda bernama Harry Albert Poeze selama puluhan tahun.

Poeze tidak hanya meneliti Tan Malaka lewat arsip-arsip kolonial di sekitar Leiden dan Amsterdam. Beliau mendatangi negara-negara yang pernah menjadi tempat singgah Tan Malaka selain Indonesia seperti Amerika, Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, juga Filipina. Ia bahkan ke Rusia untuk melacak arsip Comintern soal Tan Malaka di Moskwa.

B. KIsah Hidup Tan Malaka 

Tan Malaka adalah lulusan Kweekschool (Sekolah Guru) Bukittinggi. Berkat kecerdasannya, ia bersekolah di Belanda. Tapi, untuk bersekolah di sana, ia sempat meminjam dana dari orang-orang sekampungnya dan mendapat bantuan dari mantan gurunya. Pada awalnya, pria kelahiran 2 Juni 1897 ini ingin mendapatkan akte untuk jadi kepala sekolah, tetapi karena sakit, ia hanya mendapatkan akte guru biasa. Ketika selesai mengenyam pendidikan, ia pun pulang ke Indonesia dan mengajar anak-anak kuli perkebunan teh di Tanjung Morawa, Deli, Sumatera Utara. Dia kemudian merantau ke Jawa dan pergi ke Semarang. Di sana, dia ikut Sarekat Islam cabang Semarang dan sempat membangun sekolah di Semarang. Sebelum diusir dari Hindia Belanda, Tan Malaka juga sempat memimpin Partai Komunis Indonesia (PKI). 

Semasa hidupnya, Tan Malaka hidup berpindah-pindah dari satu negara ke negara yang lain, termasuk Rusia yang menguat menjadi Uni Soviet. Di negara itu, Tan menjadi anggota Comintern (anggota Komunis Internasional). Ia sempat berselisih dengan penguasa Uni Soviet, Joseph Stalin dan dituduh sebagai Trotskys. Sebelum Perang Dunia II, Tan Malaka hidup dalam penyamaran sekitar Asia Tenggara. 

Dalam masa-masa itu, ia pun menggunakan banyak nama samaran seperti: Ilyas Husein ketika di Indonesia, Alisio Rivera ketika di Filipina, Hasan Gozali di Singapura, Ossorio di Shanghai, dan Ong Soong Lee di Hong Kong. Di akhir masa pendudukan Jepang, dia menyamar sebagai mandor di Banten dan menghabiskan waktu untuk menulis karya besarnya, Madilog. Di masa revolusi, Tan Malaka dianggap otak dari Peristiwa 3 Juli 1946. 

Dia menentang hasil perundingan Republik Indonesia dengan Belanda. Saat itu, Tan Malaka menuntut Merdeka 100 persen. Tan Malaka terlibat dalam Persatuan Perjuangan bersama Jenderal Sudirman. Tan Malaka juga pernah mendirikan Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba). Partai ini pernah ikut Pemilu 1955, namun dibekukan pada tahun 1965. Tan Malaka terbunuh sekitar Februari 1949. Tan Malaka tewas ditembak oleh pasukan militer Indonesia tanpa pengadilan di Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, pada 21 Februari 1949. 

Eksekustornya berasal dari Brigade Sikatan atas perintah petinggi militer Jawa Timur. Tan Malaka dibunuh karena perlawanannya yang konsisten terhadap pemerintah yang bersikap moderat dan penuh kompromi terhadap Belanda. Belakangan, Presiden Sukarno menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI No.53 yang ditandatangani pada 28 Maret 1963. Pengikutnya yang paling terkenal adalah Adam Malik dan Muhamad Yamin.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun