Saat kamu bilang: "Maaf, Kakak. Dinda udah gak mau lagi hubungan begini. Aku mau hijrah. Kelak, kalau kita berjodoh Allah akan pertemukan kita lagi kok. Selamat tinggal, kakak". Lalu kamu melangkah pergi dengan gagah dan riang gembira, tanpa menyimpan rasa bersalah dan gundah gulana.
Fixed. Kamu adalah santri juga.
**
Kenapa sulit sekali menghadirkan istilah baik ini ke ruang publik kita? Sebegitu eksklusifkah untuk menyebut orang lain itu baik? Dalam hal ini sebagai santri.
Santri post-mod adalah sebutan untuk penimba ilmu agama era modern. Baik di ruang kelas, pesantren, atau pengajian. [Ya kali kalau mau pakai definisi menurut para ahli dan pakar, udah kayak mau ujian aja].
Fenomena "pemuda hijrah" salah satu contoh dari beragamnya santri post-mod.
Kamu, yang dari kampung lalu kuliah di kota, kemudian ikut gerakan dakwah juga disebut santri post-mod. Esensi dari santri post-mod itu adalah hijrahnya.
Itu bedanya dengan santri konvesional. [Iya iya iya, santri konvensional insyaAllah lebih faqih dalam memahami Islam. Kami percaya.]
Diskursus (pembahasan) soal santri post-mod sbtlnya sudah ada sebelum era reformasi. Buku kajian politik islam yang di tulis oleh para cendekiawan lokalpun juga banyak mengulas soal ini.
Aktivis masjid, Fenomena hijrah selebritis, dan Islamisasi Perguruan Tinggi banyak dikaji dalam mengulas santri Post-mod.
Jadi, ketika Sandiaga disebut santri postmod dan kamu buru2 menelusuri jejak pendidikannya yg tdk pernah nyantri, maka bisa dikatakan kamu adalah cebong.